EmitenNews.com - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) menyampaikan bahwa  berencana melakukan pembelian kembali saham atau buyback  10% dari total modal disetor .

Pada perdagangan hari ini Rabu (5/2) saham BBNI turun Rp150 atau melemah 3 persen menjadi Rp 4550 per lembar.

Okki Rushartomo Corporate Secretary BNI dalam keterangan tertulisnya Selasa sore (4/2) mengungkapkan bahwa dalam aksi korporasi tersebut, BNI menyiapkan dana Rp905 miliar dan akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) untuk meminta persetujuan rencana buyback yang akan digelar pada tanggal 13 Maret 2025.

Okki menambahkan, Buyback akan dilakukan dalam waktu lama paling lambat 12 bulan sejak disetujuinya rencana buyback oleh RUPST dengan sumber dana internal Perseroan dan Perkiraan Nilai Buyback belum termasuk biaya (komisi perantara pedagang efek dan biaya lainnya) yang diperkirakan 0,3% dari Perkiraan Nilai Buyback, dengan asumsi Buyback dilaksanakan secara keseluruhan

Okki memaparkan pertimbangan dilakukannya buyback adalah sepanjang 10 pertama tahun 2024 kinerja saham BBNI menunjukkan pertumbuhan positif secara year-on-year (YoY) seiring kinerja fundamental BNI yang terus meningkat.

Namun, memasuki akhir tahun 2024, terutama adanya sentimen negatif pasca hasil pemilu di Amerika pada bulan November 2024, memberikan tekanan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Tekanan pada saham BBNI juga mulai terasa sebagai dampak concern investor atas kondisi ketidakstabilan geopolitik dan kondisi makro ekonomi Indonesia seputar kondisi likuiditas dan pelemahan kurs sehingga saham BBNI ditutup pada harga 4,130 per tanggal 14 Januari 2024 atau melemah -21.7% YoY.

Hal ini kontras jika kinerja saham BNI dihitung secara rerata saham BNI tahun 2024, dimana tumbuh +11.1% YoY. Beberapa sentimen yang mempengaruhi bursa di antaranya adalah The Fed yang memberikan sinyal pemangkasan suku bunga menjadi hanya 25-50 bps di 2025 (vs perkiraan tahun lalu di 100-125 bps) sehingga potensi .higher for longer" kembali muncul, depresiasi rupiah terhadap USD, likuiditas yang berfluktuasi, dan dinamika geopolitik yang masih tinggi.

Aksi korporasi ini akan membantu mengurangi tekanan jual di pasar saat indeks harga saham sedang berfluktuasi, sekaligus memberi indikasi kepada investor bahwa perusahaan memandang harga saham saat ini tidak mencerminkan fundamental perusahaan.

Okky menambahkan saham hasil buyback nantinya dialihkan sebagai program kepemilikan saham bagi pegawai, direksi dan komisaris. Adapun waktu pengalihannya paling lama tiga tahun setelah selesainya buyback.