Ketiga, banyak petugas di lapangan belum cukup siap. Ada yang belum pernah berhaji atau umrah, dan tidak tahu lokasi maupun prosedur.

"Kami usulkan agar ke depan setiap petugas diberikan pelatihan minimal tiga bulan, karena ini bukan tugas ringan. Mereka harus benar-benar paham dan siap membantu jemaah di lapangan," ungkapnya.

Keempat, penggunaan aplikasi Nusuk sebagai alat bantu selama haji juga belum berjalan baik. Banyak jemaah tidak tahu cara menggunakannya, bahkan belum pernah diberi penjelasan sebelum berangkat. Padahal, ucap dia, aplikasi ini penting untuk memudahkan pergerakan jemaah selama di Arab Saudi.

Eko juga menilai sudah waktunya penyelenggaraan haji dikelola oleh sebuah badan khusus, bukan ditangani oleh Kementerian Agama (Kemenag).

"Sesuai Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019, seharusnya sudah dibentuk Badan Pengelola Haji dan Umrah. Tapi sampai saat ini, belum berjalan maksimal. Kami mendorong agar transisi ini segera dilakukan, supaya layanan ke jemaah bisa lebih fokus dan profesional," tutur Eko.

Kalau perlu, Eko menegaskan, pemerintah bisa mempertimbangkan membentuk lembaga khusus seperti kementerian urusan haji dan zakat, supaya pengelolaan jemaah Indonesia yang jumlahnya ratusan ribu bisa dilakukan lebih terstruktur dan serius.

Menteri Agama Nasaruddin Umar meminta maaf kalau pelaksanaan haji tahun ini masih ada kekurangan, khususnya saat fase puncak haji di Arafah, Muzdalifa, dan Mina (Armuzna).

“Minta maaf kalau misalnya ada hal-hal yang mungkin kurang berkenan karena itu semata-mata disebabkan oleh kepadatan lalin antara Arafah, Muzdalifah, dan Mina,” kata Nasaruddin Umar, di Makkah, Sabtu (7/6/2025).

Perjalanan jemaah haji ke Arafah karena keterlambatan bus. Begitu juga perjalanan dari Muzdalifah ke Mina yang macet, lalu jemaah haji Indonesia memilih jalan kali ke Mina.

“Tetapi secara umum dan tak ada satu pun yang telantar. Semua jemaah diangkut dari hotel kecuali yang memang dibadalkan karena sakit,” ungkap Nasaruddin Umar.

Jemaah yang sakit diikutkan program safari wukuf, khususnya bagi lansia dan disabilitas. Mereka setelah dari Arafah hanya singgah sejenak di Muzdalifah tanpa turun bus, lalu melanjutkan perjalanan ke Mina.

“Dan alhamdulillah setelah mereka pelontaran sebagian mereka nafar awal lalu tawaf wada, ini insyaallah lancar,” tutur Nasaruddin Umar. ***