EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi mengalami koreksi. Itu menilik perdagangan kemarin cenderung flat, dan perlahan melemah pada akhir sesi. Selain itu, harga minyak kembali menanjak.


Lompatan harga minyak menjadi trigger inflasi juga didorong kenaikan harga energi, dan kekhawatiran pengetatan moneter oleh central banks pada sisa akhir tahun ini. ”Kami perkirakan Indeks bergerak pada rentang support 7.030, dan resisten 7.100,” tutur Alwin Rusli, Research Analyst Reliance Sekuritas Indonesia, Jumat (7/10).


Secara teknikal, Indeks belum mampu breakout resistance 7.130 diikuti volume perdagangan masih rendah. Namun, beberapa saham memiliki potensi naik untuk perdagangan hari ini antara lain EMTK, MYOR, LPPF, MAPI, PNBN, PNLF, PNIN, NFCX, dan INDO.


Kemarin Indeks menguat 0,02 persen menjadi 7.076. Beberapa sektor mengalami penguatan antara lain teknology surplus 0,98 persen, keuangan naik 0,53 persen, dan consumer cyclicals 0,51 persen. Investor asing membukukan net sell pasar reguler Rp334 miliar dengan saham-saham paling banyak dijual BBRI, ASII, dan TLKM.


Sementara itu, tiga indeks utama bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street memerah. Para investor khawatir keputusan The Fed sisa tahun ini soal kebijakan moneter kembali hawkish dapat menyebabkan pelemahan ekonomi di AS. Para pelaku pasar menunggu rilis unemployment rate, dan non farm payroll atau data tingkat ketenagakerjaan AS.


Selain sektor pertanian, pemerintahan, rumah tangga, dan lembaga-lembaga non profit menjadi salah satu indikator berkenaan dengan data pertumbuhan ekonomi, dan dapat menjadi pertimbangan The Fed soal kebijakan moneter. Pagi ini, bursa Asia menghuni zona hijau. Indeks Nikkei 225 minus 0,85 persen, dan Kospi tekor 0,66 persen. Jepang merilis data pengeluaran rumah tangga mengalami kenaikan secara tahunan. (*)