EmitenNews.com - Besarnya potensi hilirisasi rumput laut. Pengembangan hilirisasi rumput laut dapat lebih besar dibandingkan pengolahan nikel. Ini akan menjadi proyek utama Indonesia dalam 5-10 tahun ke depan. Hilirisasi rumput laut memiliki potensi besar untuk mengalahkan sektor pertambangan yang saat ini memiliki nilai ekspor mencapai USD34 miliar.



"Jadi rumput laut menjadi satu proyek ke depan, dalam 5-10 tahun ke depan itu akan sama pengaruhnya atau lebih besar daripada tambang nikel," kata Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitn dalam kegiatan Evaluasi Kinerja 2023 Menuju Indonesia Emas secara virtual di Jakarta, Jumat (22/12/2023).



Menko Luhut menyebutkan, hilirisasi rumput laut berpotensi besar untuk mengalahkan sektor pertambangan yang saat ini memiliki nilai ekspor mencapai USD34 miliar.



Dengan pemanfaatan optimal terhadap rumput laut, bukan hanya nilai ekonomi yang dapat meningkat, tetapi juga dapat mengurangi ketergantungan pada sektor pertambangan.

 

"Dan itu bisa karena pengalaman kita dalam menangani nikel dalam 7 tahun kita dalam posisi ekspor cuma 1,5 miliar dolar AS, sekarang kita sudah ekspor sampai pada 34 miliar dolas AS," ucap Luhut.



Plt Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves Firman Hidayat mengatakan selama ini Indonesia melakukan ekspor rumput laut dalam bentuk mentah. Kalaupun meningkat sedikit, diproduksi hanya bentuk kerajinan atau agar-agar. Padahal, jika melalui hilirisasi, komoditas tersebut dapat memiliki daya jual yang mahal.



Luhut mengutip studi World Bank soal potensi hilirisasi dari rumput laut, yang bisa mencapai bermacam-macam varian. Ada biostimulant/pupuk organik, kesehatan, dan bioplastik. 

 

“Yang saya highlight di sini utamanya yang biostimulant/pupuk organik projeksi sampai 2030 potensi market lebih dari USD10 miliar dan bioplastik potensi market lebih dari USD40 miliar," kata Menko Luhut Binsar Pandjaitan. ***