Catatan Menkes, Penyakit Jantung Penyebab Kematian dan Paling Banyak Sedot Dana

Ilustrasi serangan penyakit jantung. dok. detiknews.
EmitenNews.com - Pasien dengan keluhan penyakit jantung ternyata yang paling banyak menyebabkan kematian, dan paling menyedot keuangan BPJS Kesehatan. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, untuk layanan rujukan penyakit, paling banyak jantung. Jantung intervensinya pasang ring. Saat ini, baru 28 dari 34 provinsi di Tanah Air, yang memiliki layanan khusus pemasangan ring untuk penyakit jantung.
Dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa (26/7/2022), Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan, salah satu layanan untuk penyakit jantung adalah pemasangan ring. Sayangnya, menurut mantan Wakil Menteri BUMN itu, tidak semua provinsi di Indonesia memiliki pelayanan pemasangan ring untuk pasien penyakit jantung. Dari 34 provinsi, hanya 28 yang baru bisa mendapatkan pelayanan tersebut.
Sejumlah provinsi, seperti Bangka Belitung, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Maluku Selatan, Papua, hingga Papua Barat, sampai saat ini belum memiliki layanan khusus untuk pemasangan ring bagi pengidap penyakit jantung.
Dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI, Selasa (25/1/2022), Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan, penyakit katastropik seperti penyakit jantung membebani BPJS Kesehatan hingga Rp10 triliun per tahun. Selain membebani anggaran negara, penyakit itu katanya, juga mengurangi produktivitas masyarakat. Pasalnya, mereka harus menjalani perawatan medis.
"Kami melihat penyakit katastropik ini makin lama makin naik. Ini menyebabkan masyarakat menjadi tidak produktif karena tidak bisa bekerja. Penyakit ini juga membebani negara paling besar. Hasil analisa BPJS Kesehatan menyebutkan penyakit jantung membebani negara Rp10 triliun," katanya.
Jenis penyakit katastropik lainnya juga turut membebani keuangan negara. Penyakit kanker menduduki posisi kedua dengan anggaran yang dikeluarkan Rp3,5 triliun, disusul stroke Rp2,5 triliun, dan gagal ginjal sebesar Rp2,3 triliun.
Penyakit lain seperti Thalassaemia, Haemophilia, Leukemia, dan Cirrhosis Hepatis menelan anggaran negara hingga ratusan miliar rupiah setiap tahun.
Menurut BPJS Kesehatan, penyakit katastropik merupakan penyakit yang membutuhkan perawatan medis lama dengan biaya tinggi. Dengan begitu, Budi mengatakan pihaknya akan mengkampanyekan dan mempromosikan upaya pencegahan terhadap penyakit katastropik di masyarakat.
"Penyakit katastropik sebenarnya bisa dilakukan pencegahan, sehingga tidak masuk ke stadium lanjut. Kita akan dorong agar bisa hidup lebih sehat, sehingga tidak perlu sakit jantung atau kanker dengan stadium lanjut," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. ***
Related News

Komunitas SlarasBudaya melok Gandrung Sewu 2025

BTN JAKIM 2026 Targetkan 40 Ribu Pelari Nasional dan Mancanegara
![Kiri ke kanan] Kepala Bidang Kehutanan Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta, Romy Sidharta; Pelopor Pelestari Lingkungan dan Penjaga Kali Pesanggrahan Jakarta Selatan, Chaeruddin (Babe Idin); Board of Trustee Maybank Foundation, Budhi Dyah Sitawati; Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi; Komisaris PT Bank Maybank Indonesia Tbk, Marina Tusin; Presiden Direktur BNII Steffano Ridwan; serta Head of Sustainability BNII, Maria Trifanny Fransiska, usai menghadiri kegiatan pelestarian lingkungan di Jakarta, Jumat (26/9/2025). Maybank (BNII) Usung Literasi Hijau di Global CR Day 2025](https://emitennews.com/images/news/image_1758985910.jpg?25119ab)
Maybank (BNII) Usung Literasi Hijau di Global CR Day 2025

Indosat M3 Suguhkan Pesta Hadiah 2025 untuk Pelanggan Setia

Yayasan Astra & SFA Angkat UMKM Binaan di Fashion Nation 2025

Allianz Ajak 30 Remaja Indonesia Ikuti MoveNow Camp