EmitenNews.com -PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT) siap meningkatkan kapasitas pengolahan Crude Palm Oil (CPO) secara signifikan pada 2025. Direktur Utama CBUT, Ronny Hertantyo Raharjo, mengumumkan bahwa kapasitas terpasang fasilitas pengolahan minyak sawit milik perusahaan akan bertambah dari 2.500 metrik ton (MT) per hari menjadi 4.000 MT per hari pada kuartal II-2025. Peningkatan ini akan ditopang oleh pembangunan Refinery 2, dengan tambahan kapasitas 1.500 MT CPO per hari.

Ronny menjelaskan bahwa pembangunan refinery baru telah menyelesaikan tahap pembangunan struktur dasar, dan diharapkan bentuk pabrik sudah mulai terlihat pada akhir 2024. Peralatan yang dibutuhkan sudah berada di lokasi, dan vessel serta equipment akan mulai terbentuk pada awal 2025. "Kami proyeksikan commissioning pada kuartal II-2025, dengan produksi mulai kuartal III hingga kuartal IV tahun depan," tambahnya.

Selain peningkatan kapasitas, refinery 2 akan dilengkapi dengan teknologi yang lebih canggih, memungkinkan pengolahan CPO berkualitas rendah maupun buruk. Teknologi ini memberi keuntungan kompetitif karena CBUT dapat membeli CPO dengan harga lebih rendah dari pabrik lain, namun tetap menghasilkan produk berkualitas. “Refinery 2 ini akan meningkatkan efisiensi, tetapi yang lebih penting lagi, standar produk kami, yang sudah bersertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), akan semakin kuat untuk pasar Eropa,” jelas Ronny.

Hingga saat ini, CBUT juga memiliki kapasitas pengolahan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) sebesar 600 MT per hari. Refinery baru ini diperkirakan akan meningkatkan efisiensi proses sekaligus menjaga kualitas CPO dengan pemrosesan yang cepat dan jarak pengiriman yang dekat, kurang dari 24 jam dari kebun ke pabrik. Ini memastikan bahwa kualitas CPO tetap tinggi, seiring dengan peningkatan standar keberlanjutan perusahaan.

Chief of Sustainability PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk SSMS) sebagai induk usaha CBUT, Henky Satrio Wibowo, menambahkan bahwa seluruh emiten di bawah CBI Group, termasuk CBUT dan Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), telah mendeklarasikan komitmen penuh terhadap standar RSPO pada Desember 2023. Langkah ini menjadi bagian dari upaya berkelanjutan untuk memastikan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan komunitas lokal.

Berdasarkan data terbaru dari GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) pada Oktober 2024, harga CPO di pasar global mengalami fluktuasi dengan harga berkisar di USD 820–850 per metrik ton, meningkat tipis dari bulan sebelumnya karena tingginya permintaan dari pasar ekspor, terutama dari India dan Tiongkok. Di sisi produksi, Indonesia masih menjadi penghasil CPO terbesar dunia dengan volume mencapai sekitar 52 juta ton pada tahun ini. Perubahan harga CPO juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah terkait dengan kewajiban pemenuhan dalam negeri (DMO) untuk program biodiesel serta fluktuasi cuaca yang memengaruhi hasil panen di beberapa wilayah.

Langkah strategis CBUT untuk meningkatkan kapasitas pengolahan diharapkan akan memanfaatkan momentum pertumbuhan industri CPO, sekaligus memenuhi kebutuhan pasar global yang terus meningkat terhadap produk yang berkelanjutan dan berkualitas tinggi.

Meskipun demikian, perusahaan tetap optimis mengenai prospek masa depannya. Di tahun 2024, CBUT memproyeksikan peningkatan penjualan menjadi Rp13,81 triliun, atau naik 34% dari tahun 2023. Selain itu, laba bersih diperkirakan melonjak hingga 142% menjadi Rp349,74 miliar, didorong oleh peningkatan kapasitas produksi setelah beroperasinya refinery plant kedua?.

Dari segi volatilitas, saham CBUT cukup fluktuatif dengan volatilitas harian mencapai 4,78%, namun ini memberikan peluang bagi investor dengan strategi jangka pendek?.

Meskipun demikian, bagi investor yang mempertimbangkan jangka panjang, penting untuk terus memantau performa perusahaan, terutama dalam mengelola bisnis hilir minyak sawit yang diproyeksikan terus tumbuh, baik di pasar domestik maupun global.