EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi 0,67 persen menjadi 7.890. Aksi profit taking terhadap beberapa saham dengan kapitalisasi pasar besar membebani indeks. Secara teknikal, meski secara menengah panjang tren indesk masih bullish, namun beberapa indikator menunjukkan potensi koreksi jangka pendek. 

Dengan demikian, indeks diperkirakan bergerak sideways cenderung melemah dengan pergerakan pada rentang 7.800-7.930. Defisit neraca transaksi berjalan Indonesia pada kuartal II-2025 mencapai USD3 miliar dari kuartal I-2025 dengan defisit USD228 juta, namun relatif sama dibandingkan dengan kuartal II-2024. 

Kondisi itu, menandai defisit neraca transaksi berjalan selama sembilan triwulan beruntun, dan merupakan defisit terbesar sejak kuartal II-2024, setara dengan 0,8 persen product domestic bruto (PDB). Bank Indonesia menarget defisit transaksi berjalan sekitar 0,5-1,3 persen PDB tahun ini. 

Investor akan mencermati data jumlah uang beredar M2 di Indonesia Juli 2025 diperkirakan meningkat 6,7 persen lebih tinggi dari pertumbuhan Juni 2025 sebesar 6,5 persen. Uang beredar M2 pada Juni 2025 naik 6,5 persen dari Mei 2025 sekitar 4,9 persen. Akselerasi jumlah uang beredar M2 menandakan aktivitas ekonomi, dan likuiditas mulai meningkat.

Itu disinyalir salah satunya berkat pemangkasan BI Rate, dan adanya bansos dari pemerintah. Sementara itu, pasar Amerika Serikat (AS) menanti pidato Chairman The Fed Jerome Powell pada simposium di Jackson Hole. Menilik data itu, Phintraco Sekuritas menjagokan saham JPFA, ELSA, MIDI, CNMA, dan SMDR sebagai bahan koleksi. (*)