EmitenNews.com - Dampak pelarangan ekspor CPO, dan turunannya, besar juga ternyata. Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan, Isa Rachmatarwata mencatat, penerimaan Badan Layanan Umum (BLU) semester I-2022 mencapai Rp45,8 triliun atau 43,3 persen dari target Rp105,8 triliun. Ia menyebutkan pelarangan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) menyebabkan pendapatan BLU menurun pada Semester I tahun 2022 itu.


Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat secara kumulatif PNBP semester I-2022 tumbuh 35,8 persen atau mencapai Rp281 triliun. Utamanya didorong kenaikan pendapatan Sumber Daya Alam (SDA) dan Kekayaan Negara yang Dipisahkan (KND).


Isa Rachmatarwata menjelaskan, sumber pendapatan BLU berasal dari layanan rumah sakit, perguruan tinggi yang sudah berbentuk BLU, jasa penyelenggaraan telekomunikasi, layanan perbankan, serta pungutan ekspor kelapa sawit. Namun,  semester I-2022 semuanya mengalami penurunan terutama di sisi kelapa sawit.


"Ini satu-satunya kelompok penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang mengalami penurunan. Karena ini dampak dari sawit dan turunannya sempat dilarang untuk ekspor dan itu tentu berdampak pada penerimaan BLU kelapa sawit," kata Isa Rachmatarwata dalam Media Briefing Capaian PNBP Semester I tahun 2022, Kamis (4/8/2022).


Mengatasi kondisi itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menugaskan pihak Kementerian Keuangan secara lebih selektif dalam menentukan layanan-layanan publik berbayar. Untuk itu, Isa mengatakan, pihaknya mulai menyeleksi mana yang benar-benar harus bayar, mana yang menjadi layanan publik.


Sementara itu, Direktur Penerimaan Negara Bukan Pajak Kementerian/Lembaga DJA Kemenkeu, Wawan Sunarjo, menambahkan bahwa realisasi pendapatan BLU semester I-2022 menurun 24 persen dari periode yang sama Tahun Anggaran 2021. Penurunan ini, kata dia, utamanya berasal dari pendapatan dana perkebunan kelapa sawit, jasa perbankan dan pengelolaan Kawasan otorita.


Pendapatan pengelolaan dana perkebunan kelapa sawit hingga Semester I-2022 sebesar Rp25,22 triliun. Ada penurunan sampai 35,4 persen dibanding periode yang sama tahun 2021 yakni Rp39,07 triliun.


Wawan menyebutkan, hal ini disebabkan turunnya volume ekspor. Sebelumnya tahun 2021 volume ekspor sawit 16,18 juta metrik ton, sedangkan pada 2022 volume ekspor hanya 11,57 juta metrik ton. Penyebab lainnya, dampak dari pelarangan ekspor CPO. ***