Dekarbonisasi, PGEO Gandeng Pertagas Kaji Green Hydrogen
Salah satu pembangkit tenaga panas bumi besutan perseroan. FOTO - ISTIMEWA
EmitenNews.com - Pertamina Geothermal Energy (PGEO) tengah mengkaji pengembangan bahan bakar hijau. Tindakan itu, dilakukan bersama Pertamina Gas (Pertagas). Inisiatif itu, diwujudkan dalam Joint Study Agreement (JSA) bertajuk penggunaan listrik dari panas bumi untuk beyond energy.
Kolaborasi itu, merupakan bagian dari sinergi Pertamina Group dalam mendukung agenda dekarbonisasi. Teken JSA itu, dihadiri Direktur Strategi Portofolio dan Pengembangan Usaha Pertamina, A. Salyadi Saputra, Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis Perusahaan Gas Negara (PGN) Rosa Permata Sari, Direktur Proyek dan Operasi Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) Norman Ginting, Direktur Utama dan jajaran direksi PGE dan Pertagas, di Grha Pertamina pada Rabu, 5 Februari 2025.
PGE dengan kapasitas besar pembangkit listrik tenaga panas bumi, mampu menyediakan listrik rendah emisi yang mendukung produksi hidrogen hijau, dan amonia hijau yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai sektor, terutama untuk industri, dan transportasi. Sementara itu, Pertagas sebagai perusahaan infrastruktur penyaluran energi nasional, mengelola 2.930 km pipa transmisi gas terpanjang Indonesia, memiliki keahlian dalam pengelolaan infrastruktur energi dapat dimanfaatkan untuk penyimpanan, dan distribusi kedua bahan bakar hijau tersebut.
Pemanfaatan listrik dari panas bumi dalam produksi hidrogen hijau, dan amonia hijau akan membantu industri, dan sektor transportasi dalam upaya dekarbonisasi. Inisiatif itu, juga sejalan target pemerintah meningkatkan bauran energi terbarukan, dan memperkuat ketahanan energi nasional melalui diversifikasi sumber energi, terutama energi terbarukan.
Kolaborasi itu, akan mengakselerasi pengembangan hidrogen hijau, dan amonia hijau serta menjadi landasan bagi Pertamina dalam membangun green energy hub. Saat ini, belum ada pemain dominan di energi hijau. Dengan membawa mandat mewujudkan ketahanan energi dan hilirisasi industri, Pertamina berpeluang menjadi pemain utama energi hijau, tidak hanya karena skala ekonominya, tetapi juga melalui pendekatan economics of speed, kecepatan dalam pengembangan teknologi, optimalisasi infrastruktur, dan rantai pasok.
Kerja sama kedua ini mencakup berbagai aspek. Di antaranya pertukaran informasi teknis mencakup analisis kondisi operasi, komposisi thermal, elektrolisis, identifikasi potensi pasar, dan data terkait lainnya. Selain itu, kedua perusahaan akan berkolaborasi dalam melakukan kajian teknis seperti evaluasi kelayakan proyek, dan identifikasi skema penggunaan listrik panas bumi untuk menghasilkan hidrogen hijau, dan amonia hijau.
Sinergi tersebut akan mempercepat pengembangan potensi energi panas bumi sebagai sumber energi bersih. Pengembangan energi panas bumi merupakan langkah strategis dalam mewujudkan swasembada energi nasional, mendukung upaya dekarbonisasi industri, dan transisi energi Pertamina Group. Itu sejalan komitmen PGE sebagai pemimpin industri panas bumi, dan peran Pertagas yang membuka cakrawala berbagai peluang bisnis baru untuk mendukung Pertamina menjadi green energy giant.
Kolaborasi PGE dan Pertagas dalam produksi bahan bakar hijau merupakan bagian dari strategi PGE untuk tidak hanya mengembangkan energi panas bumi sektor hulu, tetapi juga memperluas pemanfaatan hilir melalui ekosistem industri hijau terintegrasi. Inisiatif itu, sekaligus menjadi langkah diversifikasi produk non-kelistrikan (off-grid), termasuk hidrogen hijau yang membuka peluang hilirisasi produk panas bumi di luar sektor kelistrikan. Sebagai bagian Pertamina Group, Pertagas siap berkontribusi dalam pengembangan infrastruktur yang mendukung ekosistem energi hijau.
Kolaborasi dengan PGE itu, langkah penting untuk memulai upaya memasok hidrogen hijau, dan amonia hijau ke pasar domestik maupun ekspor. Langkah itu, nanti akan makin memperluas portofolio bisnis kedua perusahaan. Setelah kajian teknis selesai, PGE dan Pertagas akan melanjutkan ke studi kelayakan untuk meninjau berbagai aspek proyek, termasuk potensi investasi, pengembangan skema bisnis, alokasi sumber daya, pemilihan teknologi tepat, dan tata waktu implementasi.
Proyek kerja sama itu, akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dikelola PGE, dengan mempertimbangkan lokasi yang memiliki potensi optimal untuk mendukung produksi hidrogen hijau, dan amonia hijau. Dengan adanya sinergi itu, Pertagas dan PGE makin memperkuat peran Pertamina Group dalam mendukung agenda transisi energi nasional, dan berkontribusi dalam pencapaian target emisi nol pada 2060. (*)
Related News
Lanjut! Bos TRUK Gulung 4,65 Juta Saham Rp102,5 per Helai
Lampaui Target, 2024 BSDE Catat Marketing Sales Rp9,72 Triliun
Jual 63,08 Juta Treasuri, MAPI Keruk Rp81,69 Miliar
Hakim Tolak Gugatan PKPU, Entitas ZBRA Urung Pailit
Respons Gugatan Rp45,71 Miliar, Begini Reaksi BYANÂ
Lagi, Menantu Megawati Lego 46,82 Juta Saham MINA Rp80-88 per Lembar