Dengan Kenaikan Harga Pertamax Inflasi Diprediksi Naik, Tapi Masih di Rentang 2-4 Persen
EmitenNews.com -
Seiring dengan pemulihan yang semakin kuat, inflasi pada Maret 2022 meningkat ke 2,64% yoy (Februari 2,06%) dengan peningkatan di seluruh komponen.
Kenaikan inflasi ini terjadi dihampir seluruh kelompok barang dan jasa yang disebabkan oleh kenaikan harga global di tengah meningkatnya permintaan dan diperkirakan masih akan berlanjut selama puasa dan lebaran.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mengatakan kenaikan inflasi ini menunjukkan meningkatnya permintaan domestik seiring dengan pemulihan daya beli masyarakat.
Ia mengakui dengan mempertimbangkan kebijakan penyesuaian harga Pertamax, kenaikan tarif PPN serta masih tingginya harga komoditas energi dan pangan global, laju inflasi domestik di 2022 diperkirakan masih meningkat dibandingkan tahun 2021.
"Namun masih berada pada rentang sasaran inflasi 2,0% - 4,0%. Dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, Indonesia menjadi satu dari sedikit negara yang mampu menjaga laju inflasi pada level yang relatif rendah," kata Febrio seperti dilansir laman Kemenkeu hari ini.
Berbagai kebijakan ditempuh untuk menjaga stabilitas harga dengan tetap fokus pada pemulihan ekonomi nasional. Mitigasi risiko juga akan dilakukan untuk mengatasi dampak tekanan kenaikan harga global terutama untuk menjaga daya beli masyarakat, khususnya kelompok miskin dan rentan.
"Sinergi komunikasi antar stakeholders terkait baik di pusat dan daerah juga terus diperkuat untuk menjaga ekspektasi inflasi masyarakat”, tambahnya.
Yang menggembirakan, sektor manufaktur terus menunjukkan tren positif. Hal ini dilihat dari Purchasing Managers’ Index (PMI) pada Maret 2022 yang tercatat berada pada level 51,3, naik dari Februari yang berada di level 51,2.
Tren positif ini menurutnya tidak lepas dari upaya pengendalian pandemi, termasuk vaksinasi. Febrio memastikan pemulihan yang terus menguat ini akan terus dijaga dengan dukungan masyarakat sambil tetap berhati-hati dan waspada dengan dinamika yang saat ini terjadi.
Dalam hal pengendalian pandemi, tingkat kasus harian rata- rata menurun cepat dengan tingkat hunian rumah sakit (Bed Occupancy Rate) yang rendah. Hal ini terjadi karena adanya kerja sama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat. Salah satunya dalam hal tingkat vaksinasi masyarakat yang semakin tinggi. Ini menjadi modal baik menuju kehidupan bersama endemi (living with endemic).
APBN tetap menjadi instrumen yang sangat penting dalam Program Pemulihan Nasional (PEN) ini. Hingga 25 Maret 2022, APBN telah mengeluarkan anggaran sebesar Rp22,6 triliun yang dipergunakan untuk kesehatan, perlindungan sosial, dan pemulihan dunia usaha.
“APBN telah dan akan terus hadir bagi masyarakat di mana belanja perlindungan sosial efektif menurunkan kemiskinan dan tetap menjadi shock absorber di tengah berbagai risiko yang dihadapi perekonomian kita”, tambah Febrio.
Perbaikan PMI Manufaktur Indonesia ini terjadi di tengah beragam dinamika ekonomi dunia. Diantara tren penurunan ataupun perlambatan PMI Manufaktur diberbagai negara, Indonesia masih menunjukkan indeks yang baik. Output manufaktur Indonesia tercatat meningkat. Pada Maret 2022, output manufaktur meningkat ke level 51,7.
Hal ini merupakan peningkatan selama tujuh bulan berturut-turut karena permintaan yang lebih tinggi. Meningkatnya aktivitas produksi sektor manufaktur berimbas pada penyerapan tenaga kerja.
Tingkat penyerapan tenaga kerja melanjutkan peningkatan selama tiga bulan berturut-turut, yaitu berada di level 50,8. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan produksi yang lebih tinggi.(fj)
Related News
Belum Berhenti, Harga Emas Antam Naik Lagi Rp12.000 per Gram
Mobil Baru Mahal,Gaikindo Ungkap Yang Bekas Penjualannya Meningkat
Distribusi Reksa Dana MONI II Kelas Income 2, Bank DBS Kolaborasi MAMI
IFG Gelar Research Dissemination 2024, Hadirkan Dosen Sejumlah PT
Sampai 19 November Rupiah Melemah 0,84 Persen dari Bulan Sebelumnya
BI Kerahkan Empat Instrumen untuk Jaga Stabilitas Rupiah