Dibayangi Perang di Ukraina, Indeks Saham Asia Dibuka Terperosok
EmitenNews.com - Indeks saham di Asia pagi ini Senin (7/3) dibuka turun tajam setelah indeks saham utama di Wall Street akhir pekan lalu di tutup turun.
Indeks saham S&P 500 mengalami pelemahan selama 4 kali beruntun dalam 5 hari terakhir sehingga secara mingguan mencatatkan penurunan sekitar 1.3%. Sementara DJIA memperpanjang trend penurunan menjadi 4 minggu beruntun.
"Perang di Ukrania berhasil membayangi rilis data pasar tenaga kerja AS yang memberi indikasi ekonomi AS akan mampu menghadapi pukulan dari ketegangan geopolitik, lonjakan inflasi serta pengetatan kebijakan moneter," kata analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha.
Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun terpangkas 10 bps menjadi 1.74%. Selisih imbal hasil (yield spread) antara surat utang Pemerintah AS yang bertenor 2 tahun dan 10 tahun menips menjadi kurang dari 25 bps.
"Kurva imbal hasil (yield curve) yang mendatar seperti ini biasanya memberi indikasi bahwa investor mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan dalam waktu dekat atau investor kehilangan kepercayaan pada prospek pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah," sambung Dustin.
Data Non-Farm Payrolls (NFP) memperlihatkan bahwa ekonomi AS menambah 678,000 pekerja baru di bulan Februari, lebih tinggi dari ekspektasi, 423,000 dan penambahan pekerja selama bulan Januari yang sebesar 481,000.
Akselerasi pertumbuhan pasar tenaga kerja ini berhasil menekan tingkat pengangguran turun menjadi 3.8% dari 4.0% di bulan Januari.
Meskipun demikian, rata-rata Upah per jam (average hourly ernings) bergerak datar, atau tidak mengalami pertumbuhan setelah naik 0.6% di bulan januari. Dibanding periode yang sama tahun lalu, rata-rata upah per jam tumbuh 5.1%, melambat dari 5.5% di bulan sebelumnya dan lebih rendah dari ekspektasi kenaikan 5.8%.
Di pasar komoditas, harga kontrak berjangka (futures) emas naik akhir pekan lalu sehingga secara mingguan lompat 4%.
Harga kontrak berjangka (futures) minyak mentah juga terus merangkak naik minggu lalu. Bahkan harga kontrak berjangka (futures) untuk minyak mentah jenis WTI mencapai USD125 per barel pada Minggu malam, tertinggi sejak 2008 karena kekhawatiran mengenai gangguan ekspor minyak dan gas Rusia berhasil mengalahkan harapan pasokan minyak yang lebih besar dari Iran jika nanti tercapai kesepatakan nuklir antara AS dan Iran.
Selain itu beredar berita bahwa Pemerintah AS sedang mencari cara untuk menghentikan pembelian (impor) minyak dari Rusia dan mempertimbangkan berbagai opsi untuk meminimalkan dampak dari pelarangan impor minyak Rusiat erhadap rantai pasok global dan konsumen.
Dari sisi makroekonomi, investor hari ini menantikan rilis data Neraca Perdagangan Tiongkok untuk bulan Januari – Februari.
Dengan gambaran tersebut menurut Phillip Sekuritas, IHSG hari ini berpotensi melemah di kisaran support 6.900 - resistance 6.940. Berikut saham yang diunggulkan.
KLBF
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend: Bullish
Trade Buy : 1655
Target Price 1 : 1740
Target Price 2 : 1780
Stop Loss : 1570
RAJA
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend: Bullish
Trade Buy : 206-210
Target Price 1 : 238
Target Price 2 : 252
Stop Loss : 180
BOLT
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend: Sideways
Trade Buy : 985-990
Target Price 1 : 1075
Target Price 2 : 1105
Stop Loss : 890
Related News
Tekanan Jual Reda, IHSG Potensial Rebound
Target Pungutan Ekspor Sawit Diturunkan, ini Rekomendasi Analis
Saham Telekomunikasi Jadi Unggulan Hari ini, Coba yang Berikut
Wall Street Meroket, IHSG Konsisten Negatif
IHSG Lesu, Koleksi Saham JSMR, TLKM, dan ANTM
Tertekan, IHSG Orbit Level 7.070