EmitenNews.com - Indeks saham di Asia pagi ini Jumat (4/2) dibuka variatif (mixed) dengan kecenderungan melemah.
Pelemahan indeks saham di Asia ini mengikuti pergerakan indeks saham utama Wall Street. Semalam NASDAQ jatuh 3.74% yang merupakan kinerja harian terburuk sejak September 2020.
"Minggu ini investor mencoba membandingkan kinerja keuangan sejumlah perusahaan di sektor teknologi yang sejauh ini keluar cukup solid dengan kondisi pasar tenaga kerja AS," ulas analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha.
Data terkini memperlihatkan bahwa jumlah orang yang untuk pertama kali mencairkan tunjangan pengangguran (Initial Jobless Claims) mencapai 238,000 minggu lalu, lebih rendah dari ekspektasi 245 dan angka pada minggu sebelumnya, 261,000.
Ini adalah penurunan selama dua minggu beruntun dan memberi indikasi masih kuatnya permintaan atas tenaga kerja meskipun berbagai gangguan yang di akibatkan oleh varian Omicron masih memberi tekanan pada pasar tenaga kerja AS.
Hal ini terlihat dari ekspektasi data Non-Farm Payrolls (NFP) yang di rilis nanti malam akan tumbuh melambat selama bulan Januari.
Ekonomi AS di prediksi hanya berhasil menambah 150,000 pekerja baru di bulan Januari, turun dari penambahan pekerja sebanyak 199,000 di bulan Desember dan Tingkat Pengangguran yang di yakini tidak berubah dari 3.9%.
Investor juga mencerna hasil dari pertemuan kebijakan bank sentral Inggris (Bank Of England atau BOE) dan bank sentral Eropa (ECB).
BOE untuk kedua kalinya dalam dua bulan terakhir menaikkan suku bunga acuan menjadi 05% dari 0.25% dan memberi peringatan bahwa tingkat inflasi akan segera mencapai 7%. Hampir separuh dari pejabat BOE yang hadir dalam pertemuan ini menginginkan kenaikan suku bunga yang lebih besar untuk menjinakkan inflasi.
Sementara itu, ECB seperti yang sudah di duga pasar mempertahankan suku bunga acuan Deposit Rate di -0.5% dan bersiap mengakhiri program darurat pembelian obligasi senilai EUR1.85 triliun pada bulan Maret yang akan datang.
Di pasar komoditas, harga minyak mentah jenis WTI menembus USD90 per barel untuk pertama kali sejak 2014 di tengah terbatasnya pasokan minyak global dan ketegangan geopolitik.
Untuk perdagangan hari ini Phillip Sekuritas memprediksi IHSG
cenderung bergerak bullish di rentang support 6.523 - resistance 6.740. Berikut data teknikal saham yang diunggulkan.
TLKM
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 4220
Target Price 1 : 4320
Target Price 2 : 4370
Stop Loss : 4140
CSIS
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bearish
Trade Buy : 109
Target Price 1 : 116
Target Price 2 : 120
Stop Loss : 102
MBSS
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 875
Target Price 1 : 915
Target Price 2 : 940
Stop Loss : 835.(fj)
Related News
IHSG Akhir Pekan Ditutup Naik 0,77 Persen, Telisik Detailnya
BKPM: Capai Pertumbuhan 8 Persen Butuh Investasi Rp13.528 Triliun
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI
BTN Raih Predikat Tertinggi Green Building
IHSG Naik 0,82 Persen di Sesi I, GOTO, BRIS, UNVR Top Gainers LQ45
Perkuat Industri Tekstil, Wamenkeu Anggito Serap Aspirasi Pengusaha