Fragmentasi geopolitik dan kebijakan tarif agresif dari Amerika Serikat tetap menjadi variabel pengganggu yang dapat memicu fluktuasi nilai tukar. Namun, kekuatan cadangan devisa Indonesia yang berada di kisaran 150 miliar dolar AS memberikan bantalan yang cukup bagi BI untuk menjaga stabilitas tanpa harus mengorbankan suku bunga rendah di dalam negeri. 

Sinergi antara kebijakan moneter yang pro-market dan kebijakan fiskal yang berorientasi pada pembangunan infrastruktur kerakyatan menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pertumbuhan laba emiten di sektor finansial dan aset riil. 

Ke depannya, keberhasilan transmisi kebijakan BI ke suku bunga perbankan di pasar akan menjadi indikator utama; jika suku bunga kredit turun secara konsisten tanpa menggerus kualitas aset (NPL), maka tahun 2026 akan menjadi tahun emas bagi re-rating valuasi emiten perbankan dan properti di bursa saham. 

Strategi terbaik bagi investor adalah memfokuskan portofolio pada emiten yang memiliki neraca keuangan yang kuat dan eksposur yang besar pada program-program strategis pemerintah, sembari terus memantau dinamika arus modal global.

Disclaimer: Tulisan ini bukan ajakan jual/beli, tapi bahan diskusi biar lo makin pinter atur strategi. Do Your Own Research (DYOR)!