EmitenNews.com - Ekonom Indef yang juga Rektor Universitas Paramadina, Prof Dr Didik J Rachbini program besar pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, yakni Makan Siang Gratis (MBG) pelik jika harus dilakukan sekaligus. Terutama terkait dengan anggaran. Karena itu ia menyarankan program MBG dijalankan secara bertahap.


Didik menyebut program MBG sebenarnya banyak sekali masalahnya. "Tapi karena itu adalah janji kampanye, maka harus ditunaikan segera, Meskipun dimensi masalahnya banyak. antara lain rantai pasokan dipertanyakan, karena melibatkan puluhan juta anak yang harus dilayani. Termasuk kualitas gizi dan pengawasannya dan lain-lain. Masuk pula sola sosial budaya setempat," katanya dalam Diskusi Publik dengan tema "Makan Bergizi Gratis: Cerita Sukses atau Mimpi Buruk Pemerintahan Prabowo?" yang digelar Universitas Paramadina dan Institute Harkat Negeri, Rabu (12/2).


Didik melihat inti masalahnya adalah, sebenanya kalau secara ekonomi negara mengeluarkan anggaran, itu disebut Konsumsi Pemerintah. Dan konsumsi pemerintah akan menaikkan PDB-meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal itupun kini tidak dilaksanakan.


"MBG ini karena punya kapasitas besar, ironisnya jadi sasaran para pemburu rente. Hal itu satu pokok soal yang harus jadi fokus," tandasnya.


Ia berpendapat kalau harus melibatkan warung-warung makan kecil yang jumlahnya puluhan juta mungkin koordinasinya lebih sulit ketimbang cukup mengambil satu kelompok usaha besar yang kemudian memperoleh rente ekonominya.


Program MBG ini menurut pengalaman negara-negara lain seperti Brazil, India, Jepang itu berhasil dilaksanakan. Tapi di Indonesia masalahnya tiap daerah itu punya dinamika persoalan yang berbeda-beda.


"Kiranya bijak jika tidak harus dulu semua anak sekolah diberikan MBG. Tapi Prabowo memusatkan MBG pertama di daerah-daerah remote area dan kekurangan gizi, dan stunting akut. Maka itu akan bagus," sarannya. Selain itu penting kiranya menyertakan warung dan pedagang-pedagang kecil dalam MBG.


Menurut Didik warung makan dan pedagang kecil tidak bisa dibiarkan seperti sekarang ini tergangung dengan gojek-gofood. Kalau selamanya mereka dibiarkan tergantung begitu, maka kualitas hidupnya akan tetap memprihatinkan.


"Karena itu efek ke atas, ke samping dari MBG yang saat ini sudah dinaikkan jadi Rp170 triilun, maka anggaran yang besar itu harus dimaksimalkan," pungkasnya.(*)