EmitenNews.com - Mayoritas indeks saham Asia sore ini Rabu (15/12) ditutup melemah karena investor mencerna rilis sejumlah data ekonomi Tiongkok yang memperlihatkan bahwa aktifitas ekonomi masih cukup rentan di bulan November.


Melemahnya indeks saham Asia ini menurut Phillip Sekuritas antara lain disebabkan Penjualan Ritel yang hanya tumbuh 3.9% (Y/Y). Lebih rendah dari ekspektasi yang sebesar 4.6% maupun pertumbuhan 4.9% (Y/Y) di bulan Oktober. Walaupun produk industrial tumbuh 3.8% (Y/Y), melebihi ekspektasi pasar yang sebesar 3.6% (Y/Y) dan lebih cepat dari pertumbuhan 3.5% (Y/Y) di bulan Oktober.


Data lain yang mengantarkan indeks saham Asia ke jalur merah adalah masih tampaknya kelesuan di pasar properti Tiongkok selama 4Q21 di tengah lemahnya permintaan dan kesulitan likuiditas yang diderita oleh banyak perusahaan pengembang properti.


Home Price Index yang mengukur harga rata-rata rumah baru di 70 kota besar Tiongkok tumbuh 3.0% (Y/Y) di bulan lalu melambat dari pertumbuhan 3.4% (Y/Y) di bulan Oktober. Pertumbuhan pada bulan November lalu adalah laju kenaikan yang terkecil sejak januari 2016.


Investasi Aset Tidak Bergerak (Fixed Asset Investment) meningkat 5.2% (Y/Y) selama 11M2021, lebih lambat dari ekspektasi pertumbuhan 5.4% dan kenaikan 6.1% (Y/Y) selama 10M2021.

Merasakan adanya perlambatan ekonomi, para pejabat Tiongkok pada sebuah pertemuan minggu lalu berjanji akan mempercepat (front-loading) peluncuran stimulus tahun depan menjelang Kongres ke 20 Partai Komunis Tiongkok dimana perubahan kepemimpinan politik kemungkinan besar akan diumumkan.


Untuk mendongkrak pertumbuhan, bank sentral Tiongkok (PBOC) tahun ini telah dua kali menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan dan memangkas suku bunga untuk kredit UMKM.


Dari Australia, sentiment konsumen turun bulan ini seiring dengan semakin kuatnya kekhawatiran atas varian Omicron di negara bagian New South Wales dan Victoria yang barus saja membuka kembali ekonomi mereka.


Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) atau Consumer Confidence Index (CCI) turun 1% ke level 104.3 di bulan Desember dari level 105.3 karena koresponden yang bersifat pesimis jauh lebih banyak dari koresponden yang bersifat optimis.


Investor juga menantikan hasil rapat kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve) besok malam. "Investor mempunyai ekspektasi bahwa puncak dari siklus kenaikan suku bunga akan tejadi ketika suku bunga acuan Federal Fund Rate (FFR) mencapai kisaran 1.5% - 1.75%," kata analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha.

Jika ternyata pejabat Federal Reserve memproyeksikan suku bunga FFR naik melebihi dari kisaran itu, maka akan berdampak besar pada valuasi harga saham dan imbal hasil surat utang Pemerintah AS.


Statistik
IHSG: 6,626.26 | +10.62 poin |(+0.16%)
Volume (Shares) : 22.6 Billion
Total Value (IDR) : 12.8 Trillion
Market Cap (IDR) : 8,337.1 Trillion
Foreign Net BUY (RG): IDR 179.0 Billion
Saham naik : 237
Saham turun : 284


Sektor Pendorong Terbesar:
Keuangan : +7.06 poin
Perindustrian : +4.11 poin
Transportasi & logistik : +3.54 poin


Top Gainers:
SONA : 5,250| +650| +14.13%
PTSP : 6,050| +300| +5.22%
BMAS : 2,300| +300| +15.00%
ARTO : 15,625| +275| +1.79%
SILO : 8,250| +250| +3.13%


Top Losers:
EDGE : 22,500| -1,400| -5.86%
TECH : 9,000| -500| -5.26%
ABDA : 6,725| -475| -6.60%
IBST : 6,775| -450| -6.23%
BBHI : 6,950| -425| -5.76%.(fj)