Era Bunga Rendah Kian Nyata
Penurunan bunga kredit dan bunga simpanan merupakan dampak dari penurunan BI Rate yang bertahan di level 4,75 persen. FOTO-Tangkapan layar Youtube Bank Indonesia
EmitenNews.com - Era suku bunga rendah masih terus berlangsung. Setelah BI-Rate bertahan di level 4,75% dalam tiga bulan, suku bunga perbankan berangsur-angsur turun.
Setidaknya terlihat dari data yang disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae dalam Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil RDKB November 2025, Kamis (11/12).
Dian menyebutkan, dibandingkan tahun sebelumnya, rerata tertimbang suku bunga kredit rupiah tercatat turun 16 bps (yoy) dan 5 bps (mtm) menjadi 9,01% pada Okt-25 dari 9,17% pada Okt-24 dan 9,06% pada Sep-25. "Utamanya didorong penurunan suku bunga kredit produktif," kata Dian.
Selain itu, suku bunga Kredit Modal Kerja juga turun 42 bps (yoy) dan 16 bps (mtm) menjadi 8,30% pada Okt-25 dari 8,72% pada Okt-24 dan 8,46% pada Sep-25. Sementara itu, suku bunga Kredit Investasi turun 39 bps (yoy) namun masih meningkat 7 bps (mtm) menjadi 8,32% pada Okt-25 dari 8,71% pada Okt-24 dan 8,25% pada Sep-25.
Dari sisi penghimpunan dana, Dian mengungkapkan, rerata tertimbang suku bunga DPK rupiah juga terpantau menurun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 10 bps (Okt-25: 2,85%; Sep-25: 2,95%) dengan penurunan pada semua jenis DPK, terutama deposito, sejalan dengan tren penurunan suku bunga BI-Rate.
Suku bunga tertimbang DPK juga turun 22 bps dibandingkan Oktober tahun lalu sebesar 3,07%. Adapun suku bunga Deposito tercatat turun 53 bps (yoy) dari 5,28% pada Okt-24 dan 21 bps (mtm) dari 4,96% pada Sep-25 menjadi 4,75% pada Okt-25.
Catatan itu pun sesuai dengan Riset Perkembangan Pasar Keuangan per November 2025 yang dirilis Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). LPS pun memprediksi Suku bunga simpanan Rupiah potensial melanjutkan penurunan secara bertahap. LPS menjelaskan, laju pergerakan suku bunga lintas KBMI cukup bervariasi dipengaruhi oleh faktor tekanan dari biaya dana dan upaya bank menjaga market sharenya. Selain itu, adanya potensi penurunan cost of fund (biaya dana) akan memberi ruang bagi penurunan suku bunga kredit ke depan.
Namun demikian, riset LPS itu menjelaskan adanya kenaikan suku bunga deposito valas pada beberapa bank potensial memengaruhi tren suku bunga tidak hanya di valas namun juga Rupiah. (*)
Related News
Pertumbuhan 2026 Didorong Lewat Kolaborasi APBN dan Mesin Ekonomi Baru
Wamen ESDM Sebut Nuklir Komponen Penting dalam Transisi Energi
80 Persen Produk Industri Nasional Diserap Pasar Domestik
Harga Emas Antam Lanjut Melaju Rp22.000 per Gram
BPJS Ketenagakerjaan dan DPMPTSP DKI Perkuat Perlindungan Pekerja
Polisi Sita 8 Ton Kayu Pembalakan Liar di Riau, Satu Pelaku Ditangkap





