Pendapatan NCKL di semester I 2023 naik 88.74% YoY dari IDR 5.42 triliun ke IDR 10.24 triliun. Ini didorong oleh kenaikkan penjualan feronikel sebesar 171% YoY dari 13,910 ton ke 37,756 ton dan juga kenaikan penjualan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebesar 22% dari 19,588 ton ke 23,969 ton.

 

NCKL saat ini tergolong undervalued, karena forward P/E saat ini berada di 7.6x, di bawah industry average 19.0x.

 

Kami memberikan rekomendasi BUY dengan target harga Rp1.205/saham. Adapun, risiko utama dari rekomendasi kami adalah penurunan harga nickel, perubahan insentif sektor nickel pemerintah, dan penurunan permintaan dari smelter. 

 

Topline HRUM pada semester I 2023 naik 30.4% YoY (USD 492.2jt vs USD 377.5jt). Mayoritas pemasukkan ini berasal dari penjualan ekspor batubara, dimana HRUM memperoleh USD 406.2jt atau sekitar 82.5% dari total pendapatan.

 

HRUM menaikkan target produksi batubara untuk tahun 2023 menjadi 6 juta ton dari 5.5 juta ton. Ini dikarenakan perekonomian sejumlah negara importir terbesar, terutama China, akan bertumbuh lebih cepat pada semester II ini.

 

Kami memberikan rekomendasi BUY dengan TP sebesar Rp1.900/lembar. Adapun, risiko utama rekomendasi kami antara lain faktor geopolitik, perubahan kebijakan ekspor, dan penurunan harga batubara.



ANTM mengalami peningkatan penjualan bijih nikel pada 1H23 (Rp 4,89 triliun vs Rp 2,33 triliun), setara dengan kenaikan 109,7% YoY. Pendapatan dari emas juga meningkat sebesar 8,3% YoY (Rp13,3 triliun vs Rp12,3 triliun), dan keduanya berperan penting dalam mendongkrak pendapatan & laba bersih ANTM pada 1H23; masing-masing meningkat 15,3% YoY dan meningkat 23,8% YoY.

 

Perang Israel-Palestina, yang dikhawatirkan oleh para pelaku pasar dapat meningkat menjadi konflik regional yang mengganggu rantai pasokan migas dari timur tengah, adalah sebuah sentimen positif untuk logam safe haven alias emas. Harga emas diproyeksi bullish untuk semester II 2023, dan berpotensi berdampak positif terhadap topline ANTM di 4Q23.

 

Kami memberikan rekomendasi BUY dengan TP Rp2.050/saham. Adapun, risiko utama rekomendasi kami adalah: perkembangan perang Israel-Palestina, pengunduran pembukaan smelter Halmahera Timur, perubahan insentif sektor nickel pemerintah.