EmitenNews.com - Arus pergerakan orang secara nasional selama musim mudik lebaran 2023 diprediksi mencapai 123,8 juta orang. Kondisi tersebut mesti dimitigasi dengan saksama. Itu penting agar menciptakan mudik sehat, dan selamat.


Nah, guna mencapai keselamatan dalam pelayanan angkutan umum, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melakukan ramp check terhadap 19.400 kendaraan pada 2023, dari jumlah tersebut sekitar 69 persen angkutan antar kota antar provinsi (AKAP). Lalu, 18,90 persen antar kota dalam provinsi (AKDP), kendaraan pariwisata 12,30 persen, dan lainnya 0,23 persen.


”Tujuan ramp check menjamin ketertiban administrasi, kesiapan pengemudi, dan kelaikan jalan kendaraan atau sarana," tutur Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Hendro Sugiatno, pada diskusi Mudik Sehat dan Selamat gelaran Jaringan Aksi Keselamatan Jalan (Jarak Aman) di Jakarta, Senin (17/4).


Hendro mengatakan, puncak arus mudik diperkirakan terjadi pada H-1, yakni Jumat, 21 April 2023. Diperkirakan sebanyak 18,7 juta orang bergerak menuju kampung halaman masing-masing. ”Sedang puncak arus balik diperkirakan pada H+2, alias Selasa, 25 April 2023 akan mencapai 17,7 juta orang,” tegas Hendro.


Sementara itu, Edo Rusyanto, koordinator Jarak Aman menilai, para pemudik mempersiapkan diri secara maksimal agar mudik sehat, dan selamat dapat terwujud. “Langkah ini dapat dilakukan dengan cara berkendara rendah risiko sehingga memperkecil fatalitas kecelakaan lalu lintas jalan,” tegas Edo.


Estimasi sekitar 25,13 juta pemudik bersepeda motor, menuntut para pemudik lebih memprioritaskan keselamatan saat arus mudik maupun arus balik. ”Perlu diperhatikan faktor manusia seperti kesehatan fisik, menjaga emosi, dan menguasai teknik berkendara yang aman dan selamat. Keselamatan harus menjadi prioritas,” imbuh Edo.


Selain itu, tambahnya, perlu diperhatikan faktor kendaraan dan faktor lain. Seperti barang bawaan dan manajemen istirahat saat perjalanan. “Maklum, tahun 2022 data Kepolisian RI menyebutkan ada 530 korban meninggal dunia akibat kecelakaan selama musim mudik,” ucapnya.


Sementara itu, Ketua Koalisi Pejalan Kaki (KPBB), Alfred Sitorus mengatakan, arus pergerakan 123,8 juta orang apabila tidak dikelola dengan baik akan menjadi malapetaka seperti kasus kemacetan Brexit pada 2016 memicu pencemaran udara mematikan. Nah, dari 17 orang meninggal dunia pada Mudik Lebaran 1437 H/2016, 11 orang di antaranya dengan ciri-ciri akibat keracunan emisi Carbon Monoxide (CO), selain paparan parameter lain diemisikan kendaraan bermotor. 


Angka itu terlalu banyak. Pemudik meninggal dunia bukan karena kejadian tabrakan, terguling, tertabrak, dan atau kecelakaan benturan fisik kendaraan bermotor, tetapi meninggal dunia oleh pembunuh tak tampak (invisible killer) akibat terpapar emisi kendaraan terjebak kemacetan berjam-jam selama perjalanan Mudik Lebaran, terutama pintu keluar Tol Brebes (Brexit).


“Untuk itu, agar mudik tidak menimbulkan kemacetan ekstrem yang menyebabkan pencemaran udara yang mematikan, maka harus dikelola secara efektif dan sistematis,” ujar Alfred.


Selain didukung Kemenhub dan KPBB, Gerakan Mudik Sehat dan Selamat ini didukung oleh BUMN seperti Bank BNI dan BTN serta kalangan swasta seperti Indofood dan Garudafood maupun entitas peduli keselamatan seperti Yayasan Astra Honda Motor. (*)