EmitenNews.com - Para Gubernur Bank Sentral yang tergabung dalam Executives' Meeting of East Asia Pacific Central Banks (EMEAP) 1 mendiskusikan risiko inflasi dan prospek ekonomi serta langkah yang dapat ditempuh oleh EMEAP.


Ini untuk memastikan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan serta mencermati dampak normalisasi kebijakan di negara maju terhadap nilai tukar dan aliran modal di kawasan serta opsi kebijakan yang dapat ditempuh.


Diskusi mengenai risiko inflasi ini mengemuka dalam forum pertemuan tahunan EMEAP yang turut dihadiri oleh perwakilan dari International Monetary Fund (IMF) dan Bank for International Settlements (BIS), diselenggarakan secara hybrid pada tanggal 8 Agustus 2022 di Seoul, Korea Selatan.


Anggota Dewan Gubernur Dody Budi Waluyo, yang hadir secara virtual mewakili Gubernur Bank Indonesia, mengapresiasi kemajuan dan diskusi yang secara intensif telah dilakukan oleh EMEAP selama ini.


Dody menyampaikan bahwa peningkatan tekanan inflasi global sebagai imbas kenaikan harga komoditas internasional yang berdampak pada inflasi domestik perlu dimitigasi dengan stabilitas nilai tukar serta respons kebijakan untuk mengendalikan ekspektasi inflasi dan koordinasi dalam menjaga kesinambungan pasokan.


Dalam kesempatan ini, Dody juga menekankan pentingnya implementasi Integrated Policy Framework (IPF) guna memitigasi risiko yang bersifat multidimensi. Bauran kebijakan Bank Indonesia diarahkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi & sistem keuangan (pro stability) melalui kebijakan moneter, sementara kebijakan lainnya diarahkan untuk menjaga keberlanjutan pemulihan ekonomi (pro growth), sebagai bagian dari bauran kebijakan ekonomi nasional.


Di sisi lain, momentum pemulihan ekonomi domestik tetap terjaga di tengah moderasi pertumbuhan ekonomi global. Ekonomi Indonesia pada triwulan II 2022 tumbuh 5,44%, lebih tinggi dibandingkan perkiraan, ditopang oleh peningkatan konsumsi serta kinerja ekspor. Ke depan, risiko moderasi ekonomi global dan kenaikan inflasi perlu terus dicermati dan akan direspons dengan kalibrasi bauran kebijakan.(fj)