Dalam menjalankan berbagai inisiatif tersebut, Pertamina menghadapi empat tantangan. Pertama, kerangka regulasi untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan. Tantangan kedua terkait teknologi. Indonesia memerlukan teknologi untuk semua sumber daya alam yang melimpah dan dapat diproduksi menjadi energi. 

 

Ketiga, keuangan. Indonesia memerlukan pendanaan terutama untuk tahap awal pengembangan, penelitian, dan pengembangan. Yang terakhir, keempat adalah pembangunan kemampuan dan kapasitas. 

 

“Ada empat tantangan dan kami percaya bahwa kami membutuhkan kolaborasi global tentang bagaimana kita dapat mengatasi tantangan ini terutama dukungan dari pemerintah,” tandas Nicke Widyawati. 

 

Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG’s). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.

 

Senada dengan hal tersebut, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Jisman P. Hutajulu juga mengajak seluruh pemangku kepentingan turut andil mendorong transisi energi. Hal itu dilakukan dengan memanfaatkan Energi Baru Terbarukan (EBT).

 

“Pengembangan EBT dalam transisi energi ini adalah untuk jangka panjang,” kata Jisman P. Hutajulu di sela diskusi bertema “Increasing Ambitions in Renewable Energy Targets for NDC Acceleration”, Kamis (30/11/2023). ***