EmitenNews.com - Harga minyak mentah dunia sepekan terakhir terpantau menguat, melanjutkan tren kenaikan harga yang terjadi sepekan sebelumnya.


Penguatan harga minyak ini didorong oleh sentimen kegelisahan atas meluasnya konflik Timur Tengah. Kondisi tersebut dapat berimbas kepada terganggunya pasokan minyak global.


Dikutip dari Data Indonesia, hingga perdagangan Jumat (12/1) pukul 15.06 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange bergerak di level US$73,88 per barel. Nilai tersebut lebih tinggi 0,09% dibandingkan pada pekan sebelumnya yang senilai US$73,81 per barel.


Sementara itu, harga minyak jenis Brent di ICE Futures Europe sebesar US$79,31 per barel. Harganya juga naik 0,70% dibandingkan pada posisi akhir pekan lalu yang sebesar US$78,76 per barel.


Pada saat ini, kegelisahan pasar muncul kembali setelah Houthi yang berbasis di Yaman melancarkan serangan terbesar mereka terhadap jalur pelayaran komersial di Laut Merah pada Rabu (10/01). Kekhawatiran juga muncul setelah serangan Israel ke Gaza selatan makin meningkat.


Sementara itu, Amerika Serikat dan Inggris melakukan serangan balik terhadap Houthi di Yaman. Serangan yang dilakukan AS dan Inggris dilakukan sebagai pembalasan terhadap aksi kelompok yang didukung Iran tersebut terhadap pengiriman di Laut Merah sejak Desember 2023.


Kedua negara tersebut menganggap serangan Houthi di Laut Merah telah mengganggu perdagangan internasional di jalur utama antara Eropa dan Asia. Jalur itu diketahui menyumbang sekitar 15% lalu lintas pelayaran dunia.

Sejak Oktober 2023, Houthi telah menyerang kapal-kapal komersial di Laut Merah. Ini dilakukan untuk menunjukkan dukungan terhadap kelompok militan Hamas di Palestina dalam perjuangannya melawan Israel.


Minyak juga mendapatkan dorongan harga dari laporan industri Amerika Serikat yang menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah sebesar 5,2 juta barel pada pekan yang berakhir 5 Januari 2024. Namun, persediaan bensin dan sulingan masing-masing naik sebesar 4,9 juta barel dan 6,9 juta barel.(*)