EmitenNews.com - Indeks saham Asia sore kemarin, Senin, 1 Juni 2024 mayoritas ditutup menguat tajam. Itu didorong spekulasi pemangkasan suku bunga acuan bank sentral besar dunia. Fokus investor minggu ini tertuju pada keputusan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Kanada (BOC).

Yugen Sekuritas memprediksi laju IHSG masih akan bergerak pada range support 6954 dan resistance di level 7123.

CEO Yugen Sekuritas William Suryawijaya mengatakan, pergerakan IHSG di awal bulan terlihat sedang mengalami teknikal rebound pasca berada dalam tekanan pada beberapa waktu sebelumnya, sedangkan pasca rilis data perekonomian tingkat inflasi yang mencatatkan hasil yang cukup baik turut menopang pergerakan IHSG saat ini. 

Namun masih cukup besarnya capital outflow yang tercatat secara ytd serta masih belum menentunya situasi geopolitik tetap perlu diwaspadai oleh para investor, hari ini IHSG berpotensi bergerak menguat terbatas.

Saham pilihan dari Yugen Sekuritas adalah big cap seperti BBRI, ASII, SMGR, ITMG, ICBP, BBNI, TBIG dan ASRI.

Adapun sentimen yang perlu diperhatikan adalah ECB dan BOC diprediksi memangkas suku bunga sehingga berpotensi memicu pelonggaran kebijakan moneter di tingkat global. Bank Sentral AS (Federal Reserve) juga dijadwalkan melakukan pertemuan kebijakan mereka minggu depan meskipun suku bunga acuan tidak akan diturunkan.

Rilis data PCE Price Index AS akhir pekan lalu memperlihatkan laju inflasi melambat secara bulanan (Month-on-Month) ke level terendah sejak Desember 2023, sejalan dengan ekspektasi pasar, sehingga mempertebal keyakinan pelaku pasar bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga acuan pada bulan September.

Aktivitas sektor manufaktur di kawasan Asia ekspansi di bulan Mei seiring dengan membaiknya permintaan global, sehingga memperkuat harapan akan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan di Asia. Aktivitas sektor manufaktur di Jepang mencatatkan ekspansi pertama di tahun ini, sementara aktivitas sektor manufaktur di Korea Selatan mencatatkan laju ekspansi tercepat dalam dua tahun didorong oleh lonjakan permintaan di industri otomotif dan semikonduktor.

Aktivitas pabrik di Tiongkok bulan lalu juga mencatatkan ekspansi dengan laju tercepat dalam dua tahun, ditopang oleh permintaan baru (new orders) dan peningkatan produksi. Aktivitas sektor manufaktur juga mencatatkan ekspansi di Taiwan, Indonesia, Vietnam, dan Filipina.

Rilis data Manufacturing PMI dari berbagai negara di kawasan Asia memberi indikasi awal pemulihan di sektor manufaktur yang dapat melindungi pertumbuhan ekonomi dan meredam gejolak pasar yang disebabkan oleh ketidakpastian kebijakan moneter AS.

Dari dalam negeri, inflasi (CPI) Indonesia tumbuh melambat menjadi 2.84% Year-on-Year (Y/Y) di bulan Mei, terendah sejak bulan Februari dari 3.0% Y/Y di bulan April. Tingkat inflasi bulan Mei ini lebih rendah dari ekspektasi pasar, yaitu 2.94%, dan bertahan di dalam kisaran target inflasi 1.5% - 3.5% yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI).

Inflasi inti (Core CPI) Indonesia tumbuh lebih cepat menjadi 1.93% Y/Y di bulan Mei, tertinggi dalam delapan bulan dari 1.82% Y/Y di bulan April, dan lebih tinggi dari pertumbuhan 1.88% yang diramalkan pasar.