EmitenNews.com - IHSG hari ini diperkirakan bergerak fluktuatif di kisaran 6550 (support-resistance 6500-6600) di perdagangan Selasa (21/12)


Pada perdagangan Senin (20/12) kemarin IHSG tertekan oleh pelemahan sejumlah saham konstruksi dan komoditas.


Menurut analis saham Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan, terdapat dua faktor utama yang memicu pelemahan IHSG tersebut.


Pertama, meningkatnya concern pelaku pasar terhadap kondisi likuiditas di Tiongkok di tengah potensi debt crisis yang dihadapi sejumlah perusahaan properti di Tiongkok.


Mengantisipasi hal tersebut, bank sentral Tiongkok menurunkan sukubunga acuan jangka pendek (1 tahun) sebesar 5 bps menjadi 3.8% di Senin (20/12). Sebelumnya, bank sentral Tiongkok lebih dulu menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 0.5% (15/12).


Kedua, penurunan signifikan harga-harga komoditas, terutama komoditas energi ditengah kekhawatiran penurunan demand.


"Kekhawatiran ini dipicu oleh pengetatan pembatasan aktivitas masyarakat di sejumlah negara di Eropa, seperti Belanda dan Inggris," katanya.


Di Indonesia, pelaku pasar mencermati kebijakan Pemerintah terkait mobilitas masyarakat jelang libur akhir tahun.


Oleh sebab itu, menurut Valdy, saham-saham yang dapat diperhatikan pada kondisi saat ini adalah saham-saham bluechip dengan kondisi fundamental solid dan terdapat indikasi bullish continuation secara teknikal.


Saham-saham tersebut antara lain BBCA, BBNI, BBRI, BMRI dan TLKM. Saham LQ45 lain yang dapat diperhatikan adalah MDKA, ACES, AKRA, TBIG dan TOWR.(fj)