EmitenNews.com - Pada perdagangan hari Rabu, 29/5/2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 113,39 poin atau 1,56 persen ke level 7.140. Sektor transportation & logistics melawan arus dengan menguat 0,63 persen. Sementara itu, posisi terlemah sektor infrastructures melorot 2,28 persen. 

Berdasar analisa teknikal, Pilarmas Investindo Sekuritas melihat pergerakan IHSG hari ini, Kamis (30/5/2024), berpotensi melemah terbatas dengan support 7.110, dan resistance 7.220. Saham-saham pilihan Pilarmas Sekuritas untuk perdagangan hari ini J Resources Asia (PSAB), PAM Mineral (NICL), dan AKR Corporindo (AKRA).

Sentimen internal baru-baru ini pemerintah telah resmi menetapkan tiga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) baru. Yaitu, KEK Pariwisata Kesehatan International Batam, KEK Morowali, dan KEK BSD. KEK Batam fokus sektor pariwisata kesehatan, dan bekerja sama dengan Rumah Sakit Apollo India. KEK Batam diharap menghadirkan fasilitas kesehatan terjangkau masyarakat Indonesia tanpa harus berobat ke Luar Negeri. 

Selanjutnya, KEK Morowali fokus pengembangan hilirisasi nikel dengan melibatkan Vale Indonesia (INCO). KEK Morowali diharap menjadi jembatan bagi tujuan pemerintah yaitu hilirisasi terutama nikel serta pengembangan industri kendaraan listrik dan baterai. Terakhir, KEK BSD fokus pengembangan sektor kesehatan, pendidikan, dan teknologi. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto juga mengungkapkan bahwa pengembangan KEK ini tidak menggunakan APBN melainkan murni dikembangkan oleh swasta. Kami menilai dengan hadirnya ketiga KEK ini tentu menjadi harapan baru bagi pemerintah dan jawaban atas kebutuhan masyarakat sehingga dapat mendorong kemajuan bagi sumber daya manusia dan perekonomian kedepannya.

Sedangkan dari internasional, lemahnya penjualan obligasi treasury yang meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya defisit anggaran. Kenaikkan pengeluaran di bawah kepemimpinan Joe Biden terus memperbesar kesenjangan antara pendapatan dengan dana yang harus di keluarkan. Pada tahun fiskal 2023 defisit telah mengalami kenaikkan dari sebelumnya USD1.38 triliun menjadi USD1.7 triliun. 

Kenaikkan deficit seperti ini hanya terjadi, ketika pemerintah berada dalam situasi dan kondisi melawan resesi, bukan ketika perekonomian tumbuh dalam keadaan baik. Apabila di lihat dari perekonomian Amerika, maka defisit ini sangatlah besar, karena setara dengan 6.3% GDP pada tahun 2023. Sebuah angka yang belum pernah dicapai selama 6 dekade hingga krisis keuangan global pada tahun 2008. Defisit ini akan terus mengalami kenaikkan bahkan hingga mencapai USD2.6 triliun pada tahun 2034, dan pada akhirnya utang publik pun akan terus mengalami kenaikkan dimana per tanggal 1 April kemarin utang publik sudah mencapai USD27.6 triliun. 

Dengan defisit yang sangat besar, tentu saja mudah untuk dikendalikan bagi The Fed apabila tingkat suku bunga berada di 0% seperti beberapa waktu yang lalu dan membeli kembali obligasi tersebut senilai ratusan miliar Dollar. Namun sekarang tingkat suku bunga berada di level 5%, dan saat ini, pasokan obligasi yang diperlukan untuk dijual bertambah dengan sangat cepat. Level tingkat suku bunga The Fed diatas 5%, telah memicu kekhawatiran akan keberlanjutan penerbitan utang negara. Apalagi hal ini semakin diperparah dengan pemangkasan peringkat kredit oleh 2 dari 3 lembaga kredit di Amerika, hal ini tentu saja telah membuat mau tidak mau imbal hasil akan jauh lebih tinggi daripada sebelumnya karena adanya kenaikkan risiko. Imbal hasil obligasi US Treasury mengalami kenaikkan setelah permintaan terus melemah, dimana untuk US Treasury 7h bid/cover ratio turun dari sebelumnya 4.71 menjadi 4.65, begitupun dengan US Treasury 5y bid/cover ratio turun dari sebelumnya 2.39 menjadi 2.3.