EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencoba bangkit dari kubur. Maklum, sudah beberapa hari terakhir, Indeks menyusur lorong-lorong gelap. Meski tetap di level 6.000, tapi kalau longsor terus, lambat laun, indeks akan lengser dari Posisi keramat tersebut.
Secara teknikal Indeks terkonsolidasi pada di atas level Moving Average 20 hari dan 50 hari. Itu menjadi indikator kuat tertahan pada tren positif di atas level psikologis MA200. Indikator stochastic bergerak bullish mendekati overbought meski pergerakan sideways tetap terlihat pada indikator MACD.
Oleh karena itu, indeks diperkirakan bergerak mencoba menguat. ”Sepanjang perdagangan akhir pekan ini, indeks akan menjelajahi area support 6.095, dan resisten 6.150,” tutur Lanjar Nafi, Equity Technical Analyst Head of Research PT Reliance Sekuritas Indonesia.
Sejumlah saham dapat dicermati secara teknikal antara lain Astra Agro Lestari (AALI), Ace Hardware (ACES), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Danamon (BDMN), London Sumatera (LSIP), Tower Bersama (TBIG), dan Summarecon Agung (SMRA).
Pada perdagangan kemarin, Indeks minus 0,00 persen atau 0,29 poin ke level 6.109,94. Sektor teknologi tekor 2,37 persen, dan kesehatan melepuh 1,12 persen memimpin pelemahan indeks sektoral. Pelemahan mayoritas indeks saham Asia menjadi faktor utama menekan optimisme investor pada data ekonomi dalam negeri.
Krisis utang China mendorong pemerintah Tiongkok untuk mengendalikan industri swasta lebih ketat setelah sebelumnya melakukan pengetatan kebijakan terhadap industri-industri hingga melukai sentimen pasar di Asia.
Sementara itu, bursa Asia berpotensi stabil pada perdagangan hari ini, Jumat (17/9). Karena investor mempertimbangkan risiko China hingga pemulihan ekonomi global. Saham Amerika Serikat (AS) Wall Street sebagian besar ditutup lebih rendah setelah terkonsolidasi di zona hijau.
Penjualan ritel AS naik secara tidak terduga pada Agustus. Meredakan beberapa kekhawatiran atas dampak varian delta, dan prospek Federal Reserve (The Fed) untuk mulai mengurangi stimulus. Investor juga tengah memantau krisis utang China pada China Evergrade Group terhadap dampak lebih luas. Ekuitas global berada menurun pada minggu kedua. Faktor dampak ketegangan delta pada pembukaan kembali ekonomi, implikasi peningkatan inflasi AS, dan gejolak krisis utang China. (*)
Related News
DPR Minta Menkeu Pertimbangkan Lagi Kenaikan PPN 12 Persen
Apple Naikkan Proposal Investasi 10 Kali Lipat Jadi Rp1,58 Triliun
Dari 54 Jenis di 2010, Produk Hilir Sawit Bertambah Jadi 193 di 2023
Empat Pentolan Astra Agro (AALI) Diperiksa Kejati Sulteng Hari Ini
IHSG Naik 0,22 Persen di Sesi I, ISAT, TLKM, ARTO Top Gainers LQ45
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI