EmitenNews.com - IHSG mengalami koreksi yang cukup dalam kemarin, ditutup di level 6677,87 (-0,67%), menyusul net sell asing yang masih berlanjut. Pelemahan pada perdagangan kemarin disebabkan karena para pelaku pasar melakukan aksi take profit pada bank-bank berkapitalisasi besar. 

 

Pelemahan juga dikarenakan antisipasi para investor terkait dengan hasil PMI AS yang melemah, serta kembali naiknya tingkat imbal hasil (yield) dari instrument treasury AS disana. Sektor yang membawa pelemahan pada IHSG yaitu sektor transportasi dan logistik (-2,02%), keuangan dan perbankan (-1,75%), serta properti (-0,95%). 

 

Sementara itu investor asing membukukan net sell di pasar reguler pada perdagangan kemarin sebesar Rp 142,23 miliar, dengan saham-saham yang paling banyak didistribusi adalah: MTEL, BBRI, SMGR.


Alwin Rusli, Analis Reliance Sekuritas. dalam riset hariannya, Rabu (24/11/2021) mengatakan, Merespon bentuk candle yang menyerupai doji yang terbentuk pada 2 hari yang lalu, kemarin IHSG mengalami sentimen negatif, investor banyak melakukan take profit akibat dari pattern tersebut. 


Disamping itu, IHSG juga tengah berada dekat sekali dengan level resistance yang terbentuk dari tarikan garis fibonacci di level 6726, sehingga tidak mengherankan apabila terjadi koreksi kemarin. Namun secara jangka panjang, animo para investor terhadap hasil window dressing pada tahun ini masih positif, dimana IHSG masih diharapkan ditutup diatas level 6700 di penghujung tahun 2021. 


“Untuk hari ini, IHSG diperkirakan akan melanjutkan penurunannya dalam rentang support dan resistance di level 6640 - 6720. Saham-saham yang menarik untuk diperhatikan secara teknikal adalah: MEDC, ADRO, ITMG, AKRA, BALI, ACES, TBIG,” tutur Alwin.


Dari kawasan bursa Asia, indeks Nikkei dibuka di zona merah (-0,37%), indeks Kospi dibuka menguat (0,30%), namun kedua indeks bergerak lebih lemah dari pembukaannya, hari ini diperkirakan ada prospek pelemahan dikarenakan masih adanya gangguan ekonomi yang disebabkan oleh merebaknya pandemi covid-19 serta gangguan rantai pasokan yang menjadi momok bagi perusahaan-perusahaan yang terutama bergerak di bidang teknologi.