EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia menutup perdagangan akhir tahun 2025 di zona hijau dengan penguatan tipis 2,68 poin atau 0,03 persen ke level 8.646,94 pada Selasa (30/12/2025).

Sepanjang perdagangan terakhir tahun ini, IHSG bergerak fluktuatif. Pada pembukaan, indeks sempat terkoreksi ke level 8.627,40 dan mencetak level tertinggi intraday di 8.663,67. Tekanan berlanjut hingga penutupan sesi I, di mana IHSG melemah 0,41 persen ke level 8.609,06.

Namun pada sesi II, indeks berhasil berbalik arah dan ditutup menguat. Level terendah IHSG tercatat di 8.584,65 dan tertinggi di 8.663,66.

Total volume transaksi tercatat mencapai 39,18 miliar saham dengan nilai perdagangan sebesar Rp20,28 triliun dan frekuensi transaksi sekitar 2,59 juta kali. Dari sisi pergerakan saham, sebanyak 526 saham menguat, 480 saham melemah, dan 244 saham stagnan.

Penguatan IHSG ditopang mayoritas indeks sektoral. Sektor barang konsumen siklikal memimpin kenaikan sebesar 3,03 persen, disusul sektor infrastruktur naik 2,04 persen, serta sektor keuangan menguat 0,97 persen. Sebaliknya, sektor kesehatan terkoreksi paling dalam sebesar 1,53 persen, diikuti sektor barang baku turun 1,17 persen, dan sektor teknologi melemah 0,98 persen.

Dari sisi aktivitas, saham PT Humpuss Maritim Internasional Tbk (HUMI) menjadi yang teraktif dari sisi volume dengan transaksi 3,11 miliar saham. Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Darma Henwa Tbk (DEWA) menyusul dengan volume masing-masing 2,81 miliar dan 2,58 miliar saham. Sementara dari sisi nilai transaksi, DEWA mencatatkan nilai terbesar Rp1,79 triliun, diikuti BUMI Rp1,03 triliun, serta PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp822,02 miliar.

Seiring penutupan perdagangan 2025, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, Iman Rachman, mengungkapkan bahwa pasar modal Indonesia mencatat sejumlah tonggak sejarah baru sepanjang tahun ini. Ia menyebut IHSG mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high) pada 8 Desember 2025 di level 8.711 dan mencatat rekor sebanyak 24 kali all time high (ATH) sepanjang tahun.

Selain itu, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia juga menembus Rp16.000 triliun, mencerminkan penguatan nilai pasar yang signifikan.

Dari sisi penghimpunan dana, BEI mencatat total fund raising hampir Rp300 triliun atau tepatnya Rp278 triliun dari 956 emiten, jauh di atas rata-rata tahunan sekitar Rp200 triliun.

Meski jumlah emiten yang melantai melalui IPO hanya sekitar 20 perusahaan, kualitas penghimpunan dana dinilai meningkat. Dana hasil IPO mencapai Rp18 triliun, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, dengan jumlah emiten berstatus lighthouse meningkat menjadi enam perusahaan.

Dari sisi permintaan, basis investor domestik juga terus menguat. BEI mencatat lebih dari 900 ribu investor aktif bertransaksi secara bulanan, dengan lebih dari 250 ribu investor aktif melakukan transaksi harian.

Menurut Iman, capaian tersebut merupakan hasil kolaborasi seluruh pemangku kepentingan pasar modal Indonesia, yang memperkuat fondasi pertumbuhan pasar ke depan.