Imbas Kenaikan Harga Batubara, Bongkar Muat Alat Berat di Terminal IPCC Melonjak
EmitenNewsw.com - Meningkatnya harga komoditas batubara global dalam beberapa periode terakhir ini memberikan sentimen positif pada kinerja perusahaan penghasil dan kontraktor yang bergerak di bidang pertambangan batu bara. Sejumlah emiten batubara pun diperkirakan dapat terangkat kinerjanya seiring imbas kenaikan harga komoditas batubara global. Adanya kenaikan harga batubara global seiring dengan meningkatnya harga gas alam untuk pembangkit listrik dunia dimana harga batubara acuan (HBA) mengalami penguatan hingga ke level US$150,03 per ton pada September 2021.
Di sisi lain, meningkatnya kebutuhan akan komoditas batubara dari China, Korea Selatan, maupun Kawasan Eropa karena adanya potensi krisis energi turut mendukung kenaikan tersebut. Meningkatnya harga gas alam untuk pembangkit listrik di negara tersebut tentunya membuat biaya pembangkit listrik menjadi lebih tinggi. Akibatnya, mereka beralih menggunakan bahan bakar batu bara yang dinilai lebih murah dibandingkan dengan menggunakan gas alam. Di pasar spot komoditas global, harga batubara New Castle mengalami kenaikan hingga ke level US$208,85 per tanggal 28 September 2021. Jika dihitung secara Year to Date maka kenaikan ini mencapai 158,16% dari posisi di akhir 2020 di level US$80,90.
“Meningkatnya harga komoditas batubara tersebut tidak hanya dinilai berimbas positif pada perusahaan maupun emiten penghasil batubara. Namun, juga dinilai memberikan imbas positif pada kebutuhan Alat-alat berat untuk mendukung kegiatan pertambangan emas hitam ini,” kata Reza Priyambada Investor relation IPCC dalam keterangan tertulisnya, Rabu (29/9/2021).
Para perusahaan maupun emiten yang bergerak di bidang penyediaan Alat Berat pun dinilai dan diproyeksikan turut merasakan peningkatan permintaan akan Alat-alat Beratnya untuk kebutuhan di industri pertambangan. Jika kondisi industry Alat-alat berat mengalami peningkatan permintaan maka diharapkan juga dapat berimbas positif pada kegiatan bongkar muat kargo Alat Berat di Terminal PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC), tegas Reza Priyambada.
Berdasarkan kondisi di Terminal Internasional IPCC, hingga Agustus 2021 terjadi peningkatan arus bongkar muat kargo Alat Berat. Pada kegiatan impor, jumlah Alat Berat yang ditangani oleh IPCC mencapai 2.932 unit sepanjang 8 bulan di tahun ini dimana angkat tersebut mengalami peningkatan 32,79% dibandingkan periode 8 bulan di tahun sebelumnya dengan jumlah 2.205 unit.
Adapun Alat Berat dengan merek Komatsu menguasai pangsa pasar bongkar muat impor Alat Berat di Terminal IPCC dengan jumlah 815 unit sepanjang tahun ini hingga Agustus 2021. Bongkar muat Alat Berat Komatsu tersebut meningkat 350,28% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu dengan jumlah 181 unit. Berikutnya, diikuti dengan merek Kobelco dan Caterpillar dengan jumlah masing-masing 788 unit dan 332 unit di sepanjang 8 bulan di tahun ini.
Adanya peningkatan harga batubara tampaknya memberikan imbas secara tidak langsung pada kinerja bongkar muat di Terminal IPCC. Bagi IPCC, kesempatan ini merupakan momentum yang baik untuk dapat meningkatkan kinerjanya sehingga tahun ini mendapatkan hasil yang bisa lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu.
Di masa Pandemi tahun lalu, dimana kegiatan bongkar muat relative sepi telah dimanfaatkan oleh IPCC untuk membenahi sarana infrastruktur dan sistem pelayanan yang ada sehingga dampaknya dapat dirasakan di tahun ini dimana IPCC telah siap dalam melakukan pelayanan bongkar muat kargo kendaraan, terlebih untuk kargo Alat Berat beserta dengan spare parts-nya. Tidak hanya itu, IPCC juga terus melakukan transformasi bisnis baik dari sisi bisnis dan operasional maupun keuangan yang diantaranya ialah meningkatkan standar pelayanan kepada para pelanggannya; dan melakukan digitalisasi sistem untuk memudahkan dan membantu pelayanan kepada pelanggan serta terkoneksi antar sistem baik dari sisi internal IPCC, automaker, shipping line, maupun customs / Bea Cukai.
“Dengan semakin pulihnya industri otomotif yang diikuti dengan proses transformasi proses bisnis yang saat ini sedang dikembangkan oleh IPCC dan penjajakan aliansi kerjasama bisnis dengan sejumlah stakeholders dapat berimbas positif pada kinerja keuangan dan operasional IPCC yang pada akhirnya dapat meningkatkan value para investor dan pemegang saham melalui peningkatan harga saham IPCC,” tutup Reza.
Related News
Pendapatan Naik 317 Persen, PURE Kuartal III 2024 Defisit Rp297 Miliar
Lagi, Bos SMIL Jala 27 Juta Saham Sarana Mitra Rp185 per Helai
Jelang Nataru 2024, BUAH Optimistis Raup Pendapatan Rp2 Triliun
Simak! Berikut Jadwal Dividen Interim IPCC Rp44,4 Miliar
Dapat Restu, Ultra Voucher (UVCR) Buyback Rp20 Miliar
Jual Bisnis Es Krim, Unilever (UNVR) Raup Rp7 Triliun