Indeks Saham Asia Dibuka Turun, Terimbas Buruknya Data Ekonomi AS
EmitenNews.com - Indeks saham di Asia pagi ini Senin (13/6) dibuka turun mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street.
Akhir pekan lalu indeks saham Wall Street mencatatkan penurunan mingguan terburuk sejak Januari dengan masing-masing indeks terpangkas sekitar 5%. Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun naik 11 bps menjadi 3.15% karena investor mencerna dua rilis data ekonomi AS yang keluar lebih buruk dari ekspektasi.
Data Indeks Harga Konsumen atau Consumer Price Index (CPI) secara tak terduga naik 8.6% Y/Y di bulan Mei. Tertinggi sejak Desember 1981 dan lebih lebih cepat dari laju kenaikan 8.3% Y/Y di bulan April. Kontributor terbesar berasal dari biaya perumahan, harga BBM and harga makanan.
Secara bulanan (month-over-month), CPI atau inflasi naik 1.0%, lebih tinggi dari 0.3% pada bulan sebelumnya. Inflasi inti (core CPI) bertambah 6.0% Y/Y, sedikit lebih tinggi dari angka di bulan April, 5.9% Y/Y.
"Data inflasi AS yang lebih tinggi dari ekspektasi ini telah merubah kalkulasi atas apa yang akan bank sentral AS (Federal Reserve) di bulan September setelah diyakini akan menaikkan suku bunga acuan 50 bps bulan ini dan bulan Juli," ulas analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha.
Pelaku pasar berspekulasi bahwa kenaikan suku bunga 50 bps akan terjadi di bulan Juni, Juli dan September. Sebelumnya, pelaku pasar meramal akan ada jeda kenaikan suku bunga di bulan September
Data perhitungan awal (Preliminary) Consumer Sentiment Index yang di rilis oleh University of Michigan turun tajam ke level terendah 50.2 di bulan Juni. Jauh di bawah estimasi pasar yang ada di level 58.
Sub-indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (Current Economic Conditions) jatuh ke level 55.4, terendah sepanjang sejarah, dari level 63.3 di bulan Mei. Sub-indeks Ekspektasi Konsumen (Consumer Expectation) anjlok ke level 46.8, terendah sejak Mei 1980.
Di pasar komoditas, harga minyak mentah mencatatkan rangkaian kenaikan mingguan selama tujuh kali beruntun karena pandangan bullish terhadap fundamental pasar minyak global ditopang oleh kondisi pasokan yang ketat. Laju kenaikan minyak mentah dibatasi oleh tantangan yang di bawa oleh tingkat inflasi AS.
Untuk minggu ini, menurut Dustin, fokus investor akan tertuju pada serangkaian rilis data ekonomi bulan Mei Tiongkok pada hari Rabu yang meliputi Industrial Production, Penjualan Ritel, Tingkat Pengangguran serta Investasi Aset Tetap. "Investor tentunya juga akan menantikan pengumuman hasil dari pertemuan kebijakan bank sentral AS pada hari Kamis," tambahnya.
Pada perdagangan hari ini Phillip Sekuritas memprediksi IHSG cenderung melemah dengan support-resistance di rentang 6.980-7.263. Berikut saham yang diunggulkan.
TCPI
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 11150
Target Price 1 : 11775
Target Price 2 : 12175
Stop Loss : 10525
NASI
Short Term Trend : Bullish
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 342
Target Price 1 : 392
Target Price 2 : 416
Stop Loss : 292
VRNA
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bearish
Trade Buy : 120
Target Price 1 : 135
Target Price 2 : 141
Stop Loss : 105
ZINC
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bearish
Trade Buy : 88
Target Price 1 : 97
Target Price 2 : 101
Stop Loss : 80.(fj)
Related News
IHSG Akhir Pekan Ditutup Naik 0,77 Persen, Telisik Detailnya
BKPM: Capai Pertumbuhan 8 Persen Butuh Investasi Rp13.528 Triliun
Hati-hati! Dua Saham Ini Dalam Pengawasan BEI
BTN Raih Predikat Tertinggi Green Building
IHSG Naik 0,82 Persen di Sesi I, GOTO, BRIS, UNVR Top Gainers LQ45
Perkuat Industri Tekstil, Wamenkeu Anggito Serap Aspirasi Pengusaha