EmitenNews.com—Indonesia dan Malaysia, produsen minyak sawit (CPO) terbesar dunia, sepakat untuk bekerja sama memerangi "diskriminasi" terhadap komoditas tersebut setelah pertemuan antara dua pemimpin negara tersebut.

 

Komentar Presiden Joko Widodo itu disampaikan setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, yang melakukan perjalanan luar negeri pertamanya sejak terpilih November lalu,  di Bogor, Senin (9/1).

 

Selain itu, Presiden Jokowi mengatakan kedua negara akan "memerangi diskriminasi terhadap minyak kelapa sawit dan memperkuat kerja sama melalui Council of Palm Oil Producing Countries" untuk mengatasi permasalahan tersebut.

 

Pemerintah Indonesia dan Malaysia juga telah menyepakati penguatan kerja sama dalam meningkatkan pasar minyak kelapa sawit melalui Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC).

 

Seperti diketahui, Uni Eropa berencana menghapus bahan bakar berbasis minyak kelapa sawit secara bertahap pada 2030 karena dianggap terkait dengan deforestasi.

 

Dalam pertemuan bilateral itu, PM Anwar dan Presiden Jokowi menandatangani delapan nota kesepahaman yang meliputi perkapalan, pembiayaan ekspor-impor, energi hijau, pengembangan industri baterai, yang menurut mereka akan memperdalam perdagangan lintas batas dan investasi.

 

Kedua pemimpin itu juga membahas rencana pembangunan ibu kota baru Indonesia, Nusantara, dengan PM Anwar menyerahkan 11 surat minat dari perusahaan Malaysia terkait kemungkinan investasi di ibukota baru tersebut, yang terletak di Kalimantan sebelah timur.

 

Ibu kota baru itu dapat meningkatkan pembangunan daerah, kata Anwar, dengan negara bagian Sabah dan Sarawak Malaysia yang terletak di bagian pulau tersebut.

 

"Kami berharap pembangunan ibu kota itu akan membawa manfaat yang lebih besar ke wilayah yang lebih luas, termasuk di Sabah dan Sarawak," ujarnya.