Inflasi Tidak Terkendali, IMF Sarankan The Fed Harus Perketat Kebijakan
EmitenNews.com - Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) menegaskan bank sentral seperti Federal Reserve harus siap untuk memperketat kebijakan jika inflasi tidak terkendali, seiring upaya pemulihan terus berlanjut. Hal itu penting guna meredam efek yang tidak diinginkan terjadi di perekonomian.
IMF mengatakan sebagian besar setuju dengan penilaian dari The Fed dan banyak ekonom bahwa serentetan kenaikan harga global saat ini pada akhirnya akan mereda. Namun, IMF mencatat ada ketidakpastian yang tinggi di sekitar perkiraan tersebut. Nada peringatan menyebutkan AS, Inggris, dan negara maju lainnya, tempat di mana risiko inflasi condong ke atas.
"Kebijakan moneter secara umum dapat melihat melalui kenaikan inflasi sementara, bank sentral harus siap untuk bertindak cepat jika risiko kenaikan ekspektasi inflasi menjadi lebih material dalam pemulihan yang belum dipetakan ini," kata Penasihat Ekonomi dan Direktur Penelitian IMF Gita Gopinath, Senin 18 Oktober 2021.
"Bank sentral harus memetakan tindakan kontingen, mengumumkan pemicu yang jelas, dan bertindak sejalan dengan komunikasi itu," tambahnya.
Pejabat Fed mengatakan bahwa senjata utama untuk melawan inflasi adalah menaikkan suku bunga. Bank sentral AS belum menaikkan suku bunga sejak 2018. Peringatan itu adalah bagian dari pembaruan triwulanan IMF tentang kondisi ekonomi global.
IMF sedikit menurunkan prospek pertumbuhan global tahun ini, tetapi memangkas perkiraan PDB AS dengan poin penuh dari perkiraan Juli, meskipun masih kuat di enam persen yang di depan perkiraan 5,2 persen untuk semua negara maju.
Dengan inflasi yang mencapai level tertinggi dalam 30 tahun di AS, The Fed harus bergulat dengan kapan harus mulai menarik kembali bantuan kebijakan luar biasa yang telah diberikannya sejak krisis pandemi covid dimulai pada awal 2020.
Meskipun IMF tidak memilih The Fed, sebagian besar penilaiannya terhadap inflasi secara tidak langsung membahas penyesuaian kebijakan utama yang dibuat bank sentral AS pada September 2020, ketika mengatakan akan membiarkan inflasi berjalan lebih panas dari biasanya demi kepentingan menciptakan lapangan kerja penuh dan inklusif.
"Jenis kebijakan membawa beberapa bahaya jika ekspektasi inflasi melonjak. Situasi di mana inflasi meningkat di tengah tingkat ketenagakerjaan yang masih lemah dan risiko ekspektasi yang semakin tidak terkendali menjadi konkret, kebijakan moneter perlu diperketat untuk mengatasi tekanan harga, bahkan jika itu menunda pemulihan lapangan kerja," pungkasnya.
Related News
Mobil Baru Mahal,Gaikindo Ungkap Yang Bekas Penjualannya Meningkat
Distribusi Reksa Dana MONI II Kelas Income 2, Bank DBS Kolaborasi MAMI
IFG Gelar Research Dissemination 2024, Hadirkan Dosen Sejumlah PT
Sampai 19 November Rupiah Melemah 0,84 Persen dari Bulan Sebelumnya
BI Kerahkan Empat Instrumen untuk Jaga Stabilitas Rupiah
Membaik, Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan II Surplus USD5,9 Miliar