EmitenNews.com - Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung menyebut ada empat tantangan dalam pengembangan ekonomi syariah (eksyar). Pertama, masih tingginya ketergantungan bahan baku halal dari luar negeri seperti bahan pangan yang belum bersertifikasi halal.


"Kedua, inovasi keuangan syariah masih terbatas pada basis investor yang belum kuat," paparnya pada pembukaan Festival Ekonomi Syariah Kawasan Timur Indonesia (FESyar KTI) 2024 di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).


Tantangan ketiga adalah, potensi pasar yang besar dari dalam negeri belum tergarap dengan baik di tengah potensi Indonesia sebagai pusat modest fashion dunia. Dan keempat, masih rendahnya tingkat literasi produk dan ekonomi syariah yang baru mencapai 28%.


"Ke depan di tahun 2025, BI berupaya untuk meningkatkan literasi hingga 50%," lanjut Juda.


Guna menjawab tantangan pengembangan eksyar, Bank Indonesia memiliki enam fokus, yaitu pengembangan ekosistem makanan halal melalui akselerasi sertifikasi halal, pengembangan modest fashion dengan mendorong desainer dan pengusaha, pengembangan ekonomi pesantren, pengembangan keuangan syariah melalui kebijakan dan instrumen pasar keuangan, pengembangan digitalisasi eksyar salah satunya melalui aplikasi Satu Wakaf Indonesia, dan penguatan literasi dan edukasi eksyar.


“Kehadiran FESyar ini bukan hanya sebagai ajang refleksi dan diskusi, tetapi juga sebagai platform sinergi, kolaborasi, aksi konkrit pengembangan eksyar di KTI," pungkas Deputi Gubernur Juda.


Bank Indonesia memiliki empat program unggulan yang dikhususkan bagi pengembangan Eksyar KTI, yaitu Gerakan Sadar Wakaf KTI, Gerakan Halal UMKM KTI, Inisiasi Ekosistem Halal dan akselerasi literasi eksyar se-KTI. Program tersebut berpusat pada gelaran Sharia Fair (8 – 10 Juli) di Kendari.


Kegiatan menghadirkan sejumlah UMKM dan modest fashion karya desainer lokal KTI, lengkap dengan berbagai forum ekonomi syariah untuk mendorong peran produktif ZISWAF, serta peresmian Zona Kuliner Aman Halal dan Sehat (Zona KHAS) di Masjid Al-Alam Sulawesi Tenggara sebagai wilayah percontohan penerapan standar halal dan higienis di Sulawesi Tenggara.


Hingga akhir tahun 2024, untuk KTI Bank Indonesia menargetkan tercapainya business matching senilai Rp176 miliar, Gerakan Halal untuk 1000 UMKM dan 28 Gerakan Sadar Wakaf di Kawasan Timur Indonesia.(*)