EmitenNews.com - Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menegaskan bahwa inovasi menjadi salah satu pilar utama Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2030 dalam mewujudkan ekosistem pembayaran yang cepat, mudah, murah, aman, dan andal sekaligus inklusif.

"Pengembangan inovasi sistem pembayaran oleh Bank Indonesia difokuskan pada peningkatan efisiensi dan inklusivitas, upaya menjaga keseimbangan antara inovasi, manajemen risiko, dan pelindungan konsumen, serta pengembangan Digital Innovation Center (DIC) yang merupakan ruang tengah kolaborasi antara regulator, pemerintah, lembaga riset, akademisi, dan industri," paparnya pada hari ketiga Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia dan Indonesia Fintech Summit Expo 2025 (FEKDI x IFSE 2025) di Hall B JICC Jakarta (1/11).

DIC akan mendukung pengembangan inovasi digital yang berdaya saing global dan juga penguatan talenta digital yang diharapkan mendukung penyerapan tenaga kerja.

Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menyampaikan bahwa mekanisasi teknologi memegang peran penting dalam mendorong berbagai inovasi di sektor pangan. Kemajuan suatu negara bergantung pada kemampuannya mengelola sumber daya dan meningkatkan produktivitas.

Sejalan dengan itu, Perry juga menjelaskan bahwa frugal innovation menjadi kunci dalam mendekatkan produsen dan konsumen melalui optimalisasi rantai nilai. Di sektor pertanian dan pangan, frugal innovation mempersingkat rantai pasok sehingga meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

“Biayanya sangat rendah dan meningkatkan produktivitas ekonomi kita. Dari petani sampai konsumen harganya juga rendah. Berbagai keterbatasan kita pecahkan melalui frugal innovation, yaitu melalui digitalisasi," sambungnya.

Inovasi digital menjadi motor penggerak utama dalam memperkuat transformasi ekonomi dan keuangan digital (EKD) di Indonesia. Inovasi yang efektif bukan hanya tentang kecanggihan teknologi, tetapi juga tentang relevansi, keterjangkauan, dan kemudahan penerapan.

Frugal digital innovation merupakan inovasi yang memanfatkan digitalisasi menjadi solusi yang tepat guna, efisien, dan dapat diimplementasikan. Dukungan inovasi ini akan membawa Indonesia pada transformasi digital yang inklusif, berkelanjutan, dan berakar pada kekuatan domestik.

Dalam diskusi bertema Artificial Inteligence and Frugal Innovation: Jalan Baru untuk Pemberdayaan Ekonomi Inklusif, Deputi Gubernur BI Juda Agung menyampaikan bahwa saat ini yang dibutuhkan tidak hanya teknologi yang high-tech tetapi juga right-tech (teknologi tepat guna). Kombinasi antara kecerdasan artifisial (AI) yang canggih, dengan frugal innovation yang fokus pada kebutuhan dasar merupakan rumus baru untuk inklusi.

Ketika AI dan frugal innovation bersinergi, AI sebagai agen analisis aktivitas keuangan dan kebutuhan masyarakat dengan frugal innovation yang menyediakan kanal-kanal yang dapat diakses masyakarakat dapat menciptakan layanan finansial lokal yang terjangkau dan terpersonalisasi.

“Digitalisasi yang inklusif bukanlah tentang memiliki superchip atau algoritma paling rumit. Ini tentang memiliki hati dan empati. Ini tentang menggunakan teknologi untuk menyentuh hidup manusia dan memuliakan manusia. Mari kita bangun Indonesia yang financially inclusive", ujar Juda.(*)