EmitenNews.com -PT ITSEC Asia Tbk (CYBR) berencana melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) untuk dapat meraup dana masyarakat maksimal Rp110,96 miliar di tengah defisit neraca keuangan per 31 Januari 2023 yang mencapai Rp29,67 miliar.

 

Berdasarkan Prospektus Awal terkait rencana IPO CYBR yang diterbitkan di Jakarta, Selasa (18/7), perusahaan jasa konsultasi keamanan informasi itu akan melepas saham ke publik sebanyak-banyaknya 1.008.734.800 lembar, bernilai nominal Rp25 per saham atau setara 15,64 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO.

 

Pada aksi korporasi ini, manajemen CYBR menunjuk PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi Efek. Adapun harga penawaran awal (book building) ditetapkan sekitar Rp100-110 per saham, sehingga melalui aksi korporasi ini ITSEC bisa meraup dana masyarakat maksimal Rp110,96 miliar.

 

Periode book building berlangsung pada 18-26 Juli 2023. Manajemen CYBR maupun penjamin pelaksana emisi Efek berharap rencana IPO ini bisa mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 31 Juli 2023.

 

Sedangkan, pelaksanaan penawaran umum perdana saham diharapkan dapat berlangsung pada 2-4 Agustus 2023 dan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 Agustus 2023.

 

Mengacu pada laporan keuangan CYBR , per 31 Januari 2023 perseroan masih mencatatkan akumulasi rugi mencapai Rp29,67 miliar atau mengalami kenaikan dibanding per 31 Desember 2022 yang membukukan defisit Rp26,44 miliar.

 

Per 31 Januari 2023, CYBR menderita rugi komprehensif periode berjalan mencapai Rp5,33 miliar atau melonjak 85,71 persen dibanding rugi komprehensif periode berjalan per 31 Januari 2022, yakni Rp2,87 miliar.

 

Selain melakukan IPO, CYBR juga akan menerbitkan 504.367.400 Waran Seri I yang menyertai saham baru perseroan. Setiap pemegang dua saham baru berhak memperoleh satu waran, sedangkan setiap satu waran memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham senilai Rp400 per lembar, sehingga total dana yang dihimpun maksimal Rp201,7 miliar.

 

Rencananya, sebesar 87 persen dari dana hasil IPO setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan dimanfaatkan sebagai modal kerja, sedangkan sisanya untuk mendukung perluasan tim cybersecurity. Sementara itu, dana dari pelaksanaan Waran Seri I juga akan digunakan untuk modal kerja dan membangun tim baru.