EmitenNews.com - Direktur Utama PT Protech Mitra Perkasa Tbk (OASA), Gafur Sulistyo Umar akan melakukan penawaran wajib atau tender offer atas sisa saham beredar emiten jasa telekomunikasi nirkabel itu.


Merujuk keterangan OASA yang diunggah pada laman BEI, Selasa (7/12/2021) tender offer dilakukan sebagai kewajiban Gafur Sulistyo Umar menjadi pengendali baru perseroan. “Kami berencana mengendalikan, mempertahankan dan mengembangkan kegiatan usaha OASA yang bergerak dibidang konstruksi bangunan elektrikal instalasi telekomunikasi, pemasok ke sektor migas dan energi serta aktivitas induk usaha,”tulis Gafur.


Untuk diketahui, Gafur resmi menjadi pengendali usai membeli 179,3 juta lembar atau 50 persen porsi saham OASA dari PT Indovest Central dan Anton Santoso. Transaksi di pasar negosiasi pada tanggal 3 Desember 2021 terjadi di harga Rp112 per lembar saham. Sehingga Gafur merogoh Rp20,081 miliar untuk menambah kepemilikan menjadi 75 persen.


Sedangkan pemegang saham lainnya, PT Charnic Capital memegang 15,47 persen dan masyarakat 9,53 persen. 


Gafur Sulistyo Umar menjadi pemegang saham mayoritas Protech Mitra Perkasa (AOSA). Itu setelah bekas bos Bakrie & Brothers (BNBR) tersebut memborong saham Protech senilai Rp20,08 miliar.


Tujuan transaksi untuk investasi dengan status kepemilikan saham secara langsung. ”Bertujuan untuk kepentingan investasi,” tutur Nicholas Santoso, Manager Protech Mitra Perkasa, seperti dilansir Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (6/12).


Saat bersamaan, Indovest Central melepas seluruh saham Protech. Ya, sebagai pengendali lain, Indovest mendivestasi 166.175.150 atau 166,17 juta lembar dengan harga pelaksanaan Rp112 per saham. 

 

Menyusul divestasi itu, Indovest Central meraup dana taktis Rp18,61 miliar. Sebagai ganjarannya, kini Indovest Central tidak mempunyai koleksi sehelai saham Protech. Persentase 46,33 persen lenyap seketika.

 

Selanjutnya, Anton Santoso juga melakukan hal serupa. Sebagai komisaris Protech, Anton menjual 13.124.900 atau 13,12 juta lembar dengan harga pelaksanaan Rp112 per lembar. Dengan transaksi pelepasan saham setara 3,66 persen itu, Anton menyerok dana Rp1,46 miliar.