EmitenNews.com - Indeks saham di Asia pagi ini Senin (21/2) dibuka melemah setelah indeks saham utama dil Wall Street akhir pekan lalu di tutup di teritori negatif.


Secara mingguan, indeks saham S&P 500 turun 1.6%, DJIA kehilangan 1.9% dan NASDAQ terpangkas 1.8%. Ini adalah penurunan selama 2 minggu beruntun.

Menurut analis Phillip Sekuritas, Dustin Dana Pramitha, pelemahan indeks saham karena investor mencerna peningkatan ketegangan antara Rusia dan Ukrania.

AS mengatakan Rusia sudah menempatkan 190,000 pasukan di sekitar Ukrania, hampir berlipat-ganda dari jumlah kekuatan pada 2 minggu lalu dan bertolak belakang dengan pengakuan yang di buat Rusia bahwa sejumlah pasukan sudah di tarik mundur.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Sabtu memantau latihan militer nuklir yang melibatkan peluncuran misil balistik hypersonik dan berbagai jenis persenjataan canggih. Sebuah langkah pamer kekuatan di tengah meningkatnya ketegangan dengan dunia barat berkaitan dengan situasi di Ukrania.

"Faktor lain yang mempergaruhi sentimen pasar adalah ketidakpastian mengenai kebijakan moneter dan valuasi pasar saham yang mahal atau tinggi," kata Dustin.

Imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun turun 4 bps menjadi 1.92% karena pelaku pasar melihat probabilitas yang lebih rendah akan terjadinya kenaikan suku bunga sebesar 50 bps oleh bank sentral AS (Federal Reserve) di buan Maret nanti.

Sementara itu valuasi yang tinggi membuat pasar saham sangat rentan dan cenderung memberikan reaksi yang berlebihan (overreaction) pada setiap kabar atau berita buruk sehingga berpotensi memperbesar tingkat volatilitas pasar.

Harga emas turun pada hari Jumat namun secara mingguan mencatatkan kenaikan terbesar dalam 3 bulan terakhir sehingga memperpanjang trend kenaikan menjadi 3 minggu beruntun.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah mencatatkan penurunan mingguan pertama dalam 2 bulan karena prospek peningkatan ekspor minyak Iran berhasil membayangi kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan yang di timbulkan oleh krisis Rusia – Ukrania.

Dari sisi makroekonomi, investor hari ini mengantisipasi rilis data perhitungan awal (flash) Manufacturing PMI di Jepang, Jerman, Perancis, Inggris dan Zona Euro. Investor juga menunggu pengumuman tingkat suku bunga pinjaman bertenor 1 tahun dan 5 tahun untuk korporasi dan dunia usaha (Loan Prime Rate) oleh bank sentral Tiongkok (PBOC).

Seiring dengan pelemahan sejumlah bursa saham, Phillip Sekuritas memperkirakan IHSG hari ini cenderung melemah di rentang support 6.835 - resistance 6.920. Berikut saham-saham yang direkomendasikan.

PRDA
Short Term Trend : Sideways
Medium Term Trend : Bullish
Trade Buy : 8025
Target Price 1 : 8325
Target Price 2 : 8525
Stop Loss : 7725

SMRA
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bearish
Trade Buy : 745-750
Target Price 1 : 825
Target Price 2 : 875
Stop Loss : 670

WTON
Short Term Trend : Bearish
Medium Term Trend : Bearish
Trade Buy : 234-236
Target Price 1 : 254
Target Price 2 : 260
Stop Loss : 218.(fj)