Data penting lainnya yang perlu diperhatikan, menurut Ashmore, adalah tingkat pengangguran di AS, karena data ini dapat mengubah ekspektasi terhadap keputusan the Fed dalam beberapa bulan mendatang. "Saat ini, pasar masih memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 150 bps pada akhir 2024, dan tingkat suku bunga tersebut sudah mencapai puncaknya," Ashmore menanmbahkan.

Pekan ini, pasar juga melihat imbal hasil obligasi pemerintah AS dan Indonesia bergerak lebih tinggi sejak notulensi rapat The Fed, dengan imbal hasil obligasi 10 tahun AS naik 13 bps menjadi 4,01% dan imbal hasil obligasi 10 tahun Indonesia naik 22 bps menjadi 6,71%.

Sementara itu, Ashmore mengungkapkan, lelang SRBI , Jumat lalu, membukukan permintaan tertinggi sepanjang masa (mencapai Rp31,67 triliun) sejak instrumen ini pertama kali diperkenalkan oleh Bank Indonesia, dan tenor yang paling diminati adalah tenor 12 bulan.

"Kami merekomendasikan untuk tetap melakukan diversifikasi di antara saham dan pendapatan tetap dengan kecenderungan lebih ke reksadana obligasi, terutama yang berdenominasi USD. Lonjakan imbal hasil yang terjadi belakangan ini dapat memberikan peluang beli yang menarik untuk pendapatan tetap," papar Ashmore.

Untuk reksadana saham, Ashmore merekomendasikan ASDN dan ADEN . Sedangkan untuk reksadana pendapatan tetap, Ashmore merekomendasikan penambahan ADON dan ADUN ke dalam portofolio.