EmitenNews.com - Nilai perdagangan Indonesia dan Brasil yang saat ini hanya USD6 miliar bisa naik hingga tiga kali lipat dalam rentang waktu 10 tahun ke depan. Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie menyampaikan optimismenya soal kenaikan sampai menjadi USD18 miliar itu, setelah kedua negara menandatangani perjanjian kerja sama perdagangan bebas.

Bos Kadin Indonesia itu menyampaikan hal tersebut kepada pers, dalam pernyataannya di Jakarta, Senin (27/10/2025).

Optimisme Anindya Bakrie atas lonjakan nilai dagang tersebut karena pihaknya melakukan penguatan hubungan kerja sama ekonomi dengan ApexBrasil.

Kerja sama yang sudah dikukuhkan dalam nota kesepahaman (MoU) itu bertujuan untuk meningkatkan promosi, akselerasi investasi, dan perdagangan kedua negara. Tentu dengan tetap mengedepankan prinsip keberlanjutan, inklusivitas, serta inovasi.

Brasil dan Indonesia memiliki kesamaan visi sebagai negara berkembang yang berpotensi menjadi kekuatan baru dalam transisi energi dan penanganan perubahan iklim.

Menurut Anindya Bakrie, Brasil telah lama menjadi pelopor energi terbarukan berbasis biofuel. Terutama etanol yang dikembangkan sejak 25-30 tahun lalu.

"Intinya bagaimana dunia usaha bisa terus menjamin bahwa kelangsungan dari usaha itu baik sehingga Indonesia bisa mencapai pertumbuhan 5,5 persen dan perlahan naik lagi," kata putra konglomerat Aburizal Bakrie tersebut.

Menteri Bahlil Lahadalia, menandatangani kerja sama di sektor ESDM

Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, menandatangani kerja sama di sektor ESDM khususnya bioenergi dengan Menteri Pertambangan dan Energi Brasil, Alexandre Silveira, di Jakarta, Kamis (23/10/2025). Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Lula da Silva menyaksikan langsung penandatanganan itu.

Di tengah tantangan transisi energi global dan komitmen kuat untuk program hilirisasi industri, kerja sama internasional di sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) dipandang sebagai pilar krusial. Terutama untuk menjamin ketahanan energi nasional sekaligus mengakselerasi peningkatan nilai tambah sumber daya alam.

"Penandatanganan MoU ini menandai babak baru yang sangat strategis bagi kerja sama Indonesia dan Brasil, kita adalah dua negara besar yang kaya akan sumber daya alam. Ini komitmen untuk mendorong hasil konkret yang saling menguntungkan di sektor energi dan pertambangan." ujar Bahlil Lahadalia.

Kesepakatan baru ini mencakup kerja sama yang komprehensif. Mulai dari kegiatan hulu dan hilir migas, energi baru dan terbarukan (termasuk bioenergi, surya, dan angin), efisiensi energi, modernisasi jaringan, sumber daya mineral, hingga pengembangan kapasitas SDM.

Dari situ, kolaborasi di sektor bioenergi menjadi salah satu yang disorot, mengingat keberhasilan Brasil sebagai produsen etanol terbesar kedua di dunia. Pengalaman Brasil, yang sebagian besar pasokan listriknya berasal dari energi rendah karbon, dinilai sangat relevan bagi Indonesia.

Kolaborasi ini juga merupakan tindak lanjut dari kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Brasil pada Juli 2025. 

Selain energi, sektor pertambangan juga menjadi area penting. Kedua negara akan berkolaborasi dalam tata kelola dan pengembangan sumber daya mineral. Brasil diketahui memiliki cadangan besar bauksit, bijih besi, litium, serta menguasai cadangan niobium dunia

"Brasil salah satu yang terdepan di dunia dalam hal bioenergi, khususnya etanol, melalui MoU ini, kita akan serius mendorong alih teknologi dan transfer pengalaman mereka untuk mendukung percepatan program bioenergi nasional," jelas Bahlil Lahadalia. ***