EmitenNews.com -PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT) membukukan laba bersih pada Quarter 1 2025 sebesar Rp 41,2 miliar. Naik 28,8 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2024 sebesar Rp 32,0 miliar. Dengan demikian, laba bersih per saham setara dengan Rp 13,29 per lembar.

Merujuk data laporan keuangannya, CBUT membukukan revenue di periode ini Rp3,4 triliun atau naik 41,7 persen dari periode sama tahun lalu Rp2,4 triliun. Adapun beban pokok penjualan di tahun ini senilai Rp2,85 triliun naik 34,22 persen dari Rp2,12 triliun. Sehingga untuk laba bruto periode ini naik 77,2 persen jadi Rp537,2 miliar dari periode sebelumnya Rp303,1 miliar di kuartal I-2025.

Rorry Christian Tobing Direktur Utama CItra Borneo Utama menyatakan bahwa kinerja di kuartal I-2025 merupakan representasi dari proyeksi kinerja perseroan yang lebih baik dengan target pendapatan naik hingga 40 persen dari sebelumnya atau di patok pada Rp13 triliun.

Guna mengejar target pertumbuhan yang masif, CBUT dari sisi strategi bisnis melakukan pengembangan usaha dengan meluncurkan produk minyak goreng komersial untuk mendapatkan pasar lokal yang lebih besar. Menjalin kerjasama baik dengan supplier yang kredibel, pembeli lokal, pembeli internasional.

Perseroan juga tetap menjaga kualitas produk dengan mendapatkan supply produk baik CPO maupun Palm Kernel yang berkualitas dengan harga kompetitif di pasar. Menjual produk minyak kelapa sawit yang telah bersertifikasi RSPO.

Dari sisi operasional, Perseroan akan melakukan optimalisasi kapasitas produksi Kernel Crushing Plants (KCP) dan peningkatan gross margin produk utama KCP. “CBUT melakukan perbaikan serta inovasi pada pabrik untuk menunjang efektivitas dan efisiensi dan penambahan lini produksi baru bottling/kemasan untuk komersial,” kata Rorry.

Pada Kesempatan yang sama, Ronny Hertantyo Raharjo Direktur Citra Borneo Utama menambahkan, untuk tahun ini perseroan mengalokasikan capital expenditure (CAPEX) sebesar Rp150 miliar atau lebih tinggi dari tahun lalu yang setara Rp80 miliar. Capex tahun ini akan fokus pada proyek yang sudah harus diselesaikan, kemudian ada tambahan Project minyak goreng dalam kemasan botol yang meningkat cukup signifikan, sehingga kebutuhan capex di tahun 2025 fokus pada pada hal itu, di samping ada untuk kebutuhan operasional lain. Adapun sumber pendanaan masih dari dana IPO, kas internal dan perbankan.

Ronny juga menyoroti ketidakpastian pasar yang disebabkan oleh perang dagang diperkirakan akan terus memberikan tekanan terhadap harga. Namun demikian, keberlanjutan program biodiesel domestik diperkirakan akan memberikan dukungan positif terhadap stabilitas harga. Program ini berperan penting dalam menyerap pasokan minyak kelapa sawit di pasar dalam negeri.

Selanjutnya Perseroan melihat meningkatnya permintaan dari negara-negara tujuan utama diperkirakan akan terus memberikan dukungan terhadap kestabilan dan penguatan harga. “Penurunan harga minyak kelapa sawit baru-baru ini diperkirakan akan menjaga daya saingnya dibandingkan dengan minyak nabati utama lainnya,” tutup Ronny.