Godefridus juga menambahkan, hadirnya Astra melalui YDBA mendorong para petani untuk terus berkembang, salah satunya dengan mengoptimalkan vanili sebagai material dasar untuk membuat produk yang bernilai tambah, seperti lilin aroma terapi. Secarik Kisah UMKM Mete di Desa Repi Membutuhkan waktu selama 3 jam dari Labuan Bajo ke Desa Repi, lokasi UMKM/ petani mete yang tengah dibina oleh Astra melalui YDBA. 

Jalanan yang terjal dan berkelok-kelok tidak menyurutkan Astra maupun para petani mete untuk saling berkomunikasi dan meningkatkan kompetensinya menuju petani yang naik kelas dan mandiri. 

Sejak 2021 hingga saat ini YDBA terus berupaya melakukan pembinaan bagi 36 petani mete di Desa Repi.  

Ketua Kelompok Tani UMKM Mete, Aventinus Dalun bercerita, bahwa para petani mete tidak mengetahui bahwa dalam cangkang yang bentuknya gelondongan terdapat kacang mete yang bernilai tinggi untuk dipasarkan. Mereka hanya menjual gelondongan tersebut kepada tengkulak dengan harga Rp 10ribu/ kg. 

Namun, Aven merasa lega dan bersyukur karena pada tahun 2021 Aven dan kelompok taninya mengikuti program pembinaan yang dilakukan Astra melalui YDBA. 

Saat itu, mereka baru mengetahui, bahwa ada komoditas mete di dalam gelondongan yang dipasarkannya untuk meningkatkan ekonomi di Desa Repi Kab. Manggarai Barat. 

Sejak saat itu kelompok tani tersebut komitmen menjalankan pembinaan hingga mereka berhasil mengubah model bisnis yang semula menjual gelondongan mete menjadi produk olahan yang bernilai tinggi. Melalui produk Kacang Mete “Kameku” yang memiliki arti “Bekalku”, para petani mete berhasil menjual produk mete olahannya dengan harga Rp400ribu/kg. 

Dengan produk yang berkualitas dilengkapi legalitas PIRT dan Halal produk Kameku saat ini telah berhasil dipasarkan di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di pusat oleh-oleh terbesar di Labuan Bajo. 

Bukan hanya itu, saat ini para petani mete tengah mempersiapkan galeri mini untuk mendukung proses pemasaran produk unggulan di Desa Repi tersebut.