EmitenNews.com—Krisis energi berkepanjangan sejak tahun 2021, masih terus membayangi kinerja industri semen. Meski pemerintah telah mengeluarkan kebijakan domestic market obligation (DMO), namun dampak kenaikan harga batu bara sejak tahun 2021 masih membebani industri semen untuk tetap mempertahankan kinerja yang positif.

 

Hingga semester pertama tahun 2022, konsumsi industri semen nasional pun mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan estimasi di awal tahun.

 

Meskipun demikian, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) atau SBI mengkalim mampu mempertahankan profitabilitas yang tercermin dalam kinerja Perusahaan semester pertama tahun ini.

 

Demikian disebutkan oleh Direktur Utama SBI, Lilik Unggul Raharjo dalam keterangan resmi peseroan yang diterima media, di Jakarta, dikutip Selasa (16/8/2022).

 

Tercatat, hingga akhir Juni 2022, volume penjualan semen dan terak SBI (termasuk ekspor) tercatat naik tipis 1,36% menjadi 6,3 juta ton, dan pendapatan menjadi sebesar Rp5,5 triliun atau naik 10,25% jika dibandingkan periode sama tahun lalu.

 

Kenaikan pada beban pokok pendapatan sebesar 17,49% sejalan dengan volume penjualan. Tingginya faktor biaya energi pada produksi dan BBM untuk transportasi, membebani kinerja hingga Laba Kotor tercatat turun -11,19% menjadi Rp1,1 triliun jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,3 triliun. Dengan posisi EBITDA juga yang ikut turun dari Rp1,02 triliun menjadi Rp949 miliar secara year on year (yoy).

 

“Dengan melakukan sinergi dengan SIG, penurunan beban bunga dan inisiatif-inisiatif yang dilakukan Perusahaan, membantu mempertahankan kinerja positif secara keseluruhan melalui capaian Laba Bersih sebesar Rp261 miliar. Ata lebih baik dari periode yang sama di tahun lalu sebesar Rp249 miliar,” tegasnya.  

 

Sedangkan untuk proyeksi bisnis Semester II-2022, Direktur Utama SMCB, Lilik Unggul Raharjo mengatakan bahwa perseroan akan terus menerapkan upaya sinergi dan program-program efisiensi serta menjaga arus kas sebagai prioritas, di tengah tantangan berat yang akan terus berlanjut di semester II ini.

 

“Kami terus mendorong inisiatif-inisiatif untuk mencapai operational excellence, melalui inovasi-inovasi pada setiap proses bisnis agar tetap kompetitif. Kenaikan harga-harga yang juga dialami masyarakat, termasuk harga produk  harus dibarengi dengan nilai tambah yang bisa kita berikan, baik melalui produk dan layanan yang lebih baik atau kecepatan layanan dan kemudahan berbisnis,” ujar Lilik.