EmitenNews.com - Pentingnya aksi kolektif untuk mengatasi isu lingkungan, seperti perubahan iklim hingga transisi energi hijau demi mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Dalam sesi ketiga KTT G20 yang mengangkat tema "Sustainable Development and Energy Transition" tersebut, Presiden menegaskan pentingnya kolaborasi global untuk mengatasi tantangan kemiskinan, kelaparan, dan perubahan iklim, serta tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) dan transisi energi hijau.

Presiden Prabowo Subianto mengemukakan hal itu dalam sesi ketiga KTT G20 di Brasil, Selasa waktu setempat. Usai mengikuti KTT G20 itu, Presiden dan rombongan bertolak ke Inggris

"Upaya Indonesia saja tidak cukup. Kita memerlukan aksi kolektif dan upaya kolektif (dari negara anggota) G20. Pilar penting lain dari pembangunan berkelanjutan tentu saja lingkungan hidup," kata Prabowo Subianto dalam pernyataan melalui tayangan video dari YouTube Sekretariat Presiden yang disaksikan di Jakarta, Rabu (20/11/2024).

Dalam sesi sebelumnya, para anggota G20 telah membahas masalah kemiskinan dan kelaparan. Seluruh negara anggota, memiliki komitmen kuat untuk mengatasi masalah tersebut.

Presiden mengungkapkan, tantangan kemiskinan dan kelaparan memang mempengaruhi negara-negara berkembang, pembangunan berkelanjutan dan agenda transisi energi. Oleh karena itu, Presiden menekankan bahwa KTT G20 harus menghasilkan tindakan nyata untuk membantu mencapai SDGs.

Presiden menegaskan pentingnya aksi kolektif dari anggota G20 untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, khususnya dalam mengatasi dampak perubahan iklim.

Indonesia merasakan dampak langsung perubahan iklim, termasuk kenaikan permukaan laut di pesisir utara Jawa yang berdampak pada ratusan ribu hektare lahan produktif.

"Ini akan memperburuk kemiskinan dan kelaparan. Oleh karena itu, bagi Indonesia tidak ada alternatif lain. Kami berkomitmen penuh untuk mengambil langkah-langkah besar guna mengurangi suhu iklim untuk menyelamatkan lingkungan dan mengatasi situasi tersebut," tegas mantan Menteri Pertahanan itu.

Dalam upaya transisi energi hijau, Presiden menyampaikan visi besar Indonesia untuk mencapai emisi karbon nol bersih sebelum tahun 2050 melalui sejumlah upaya. Di antaranya, peningkatan penggunaan biodiesel dan konversi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ke energi baru terbarukan.

Sebagai salah satu negara dengan hutan tropis terluas di dunia, Indonesia berperan signifikan dalam menjaga keseimbangan iklim global. Presiden Prabowo menekankan pentingnya komitmen berkelanjutan untuk mengimbangi peran hutan kita dalam menjaga suhu global.

"Indonesia terbuka untuk mengoptimalkan prospek 557 juta ton kredit karbon Indonesia. Kita juga memiliki kapasitas penyimpanan karbon terbesar, dan kita tawarkan ini kepada dunia," kata Presiden.

Turut mendampingi Presiden Prabowo dalam sesi ini adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya. 

Usai mengikuti KTT G20 di Brasil, Presiden Prabowo Subianto bertolak menuju Inggris, Selasa (19/11/2024) pukul 17.30 waktu setempat. Presiden Prabowo meninggalkan Brasil dari Bandara Base Aerea do Galeao, Rio de Janeiro dengan menumpang pesawat kepresidenan didampingi Menteri Luar Negeri Sugiono dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya.

Prabowo tampak mengenakan kemeja putih dengan balutan jas hitam dan bertopi warna biru navy. Turut melepas RI 1 dari Base Aerea de Gaelon yaitu Duta Besar RI untuk Brasil, Edi Yusup, Atase Pertahanan KBRI Brasilia Kolonel Inf Rizal Ashwam Amanda. 

Di Inggris, Prabowo diagendakan bertemu dengan Raja Inggris Charles III serta Perdana Menteri Inggris Keir Starmer. 

Presiden Prabowo optimistis bisa menarik investasi dalam pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer.

Prabowo menyampikan hal itu, di sela-sela kegiatannya menghadiri acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Brasil, Ahad (17/11/2024).