EmitenNews.com – PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) membukukan kinerja penjualan  tahun 2020 dengan volume penjualan domestik (semen dan klinker) sebesar 16,926 juta ton atau lebih rendah 1,9 juta ton ( -10,1%) dari tahun 2019. 


Volume domestik hanya untuk semen tercatat di angka 16,218 juta ton atau lebih rendah 1,63 juta ton atau sebesar -9,1%, posisi ini lebih baik dari penurunan permintaan semen domestik nasional sebesar -10,4% sehingga pangsa pasar Perusahaan meningkat dari 25,5% di tahun 2019 menjadi 25,8% di tahun 2020. 


Mengatakan itu Presiden Direktur PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Christian Kartawijaya Jumat (19/3/2021). Pangsa pasar Indocement di Jawa dan Luar Jawa mengalami pertumbuhan dari tahun lalu, dimana untuk Jawa meningkat 70 bps dari 34,1% menjadi 34,8% dan Luar Jawa meningkat 80 bps dari 14,5% menjadi 15,3%. Peningkatan pertumbuhan Luar Jawa terutama dikontribusi dari Pulau Sumatera yang disebabkan tingginya aktivitas pembangunan infrastruktur, salah satunya proyek tol Trans Sumatera. 


Diakui, pasar di Jawa tetap menjadi pusat penjualan Indocement. Penurunan volume penjualan berdampak pada perolehan pendapatan neto perusahaan yang menurun -11,0% menjadi Rp14,18 triliun dibanding tahun 2019 yang tercatat Rp15,93 triliun. Selain itu kata Christian, penurunan disebabkan harga jual rata-rata campuran (konsolidasi) yang lebih rendah. 


Walaupun harga jual semen rata-rata domestik sebenarnya dapat dipertahankan naik tipis sebesar 1% dibandingkan tahun lalu. Beban pokok pendapatan pada tahun 2020 turun -13,1% dari Rp10,43 triliun menjadi Rp9,07 triliun sebagai dampak dari penurunan volume penjualan dan keseluruhan harga batu bara yang lebih rendah di tahun 2020, termasuk upaya penghematan yang berkelanjutan atas biaya produksi terutama biaya energi seperti peningkatan penggunaan bahan bakar alternatif (tahun 2019 sebesar 7,4% vs. tahun 2020 sebesar 9,3%) dan batu bara dengan nilai kalori rendah (tahun 2019 sebesar 69% vs. tahun 2020 sebesar 80%) serta penerapan kebijakan hanya menjalankan kiln-kiln yang paling efisien. 


Hasilnya, marjin laba bruto meningkat +1,6% menjadi 36,1% pada tahun 2020 dibanding tahun 2019 sebesar 34,5% walaupun terjadi penurunan nilai Rupiah sebesar -7,0% dari Rp5,50 triliun menjadi Rp5,11 triliun. Adapun marjin EBITDA meningkat signifikan +3,5% dari 19,6% menjadi 23,1% dan marjin laba usaha meningkat +1,2% dari 12,0% menjadi 13,2% pada tahun 2020. Perusahaan mencatat pendapatan keuangan-neto yang lebih rendah sebesar -27,0% dari Rp352,5,2 miliar pada tahun 2019 menjadi Rp257,4 miliar pada tahun 2020 yang disebabkan oleh suku bunga yang relatif lebih rendah di tahun 2020. 


Laba tahun berjalan menurun sebesar -1,6% menjadi Rp1,80 triliun pada tahun 2020 dibanding Rp1,83 triliun pada tahun lalu, namun penurunan persentase tersebut lebih rendah dibandingkan dengan penurunan persentase total pendapatan yang disebabkan terutama oleh upaya penghematan biaya berkelanjutan yang disebutkan sebelumnya. 


Neraca Keuangan Tangguh Dalam kesempatan ini, manajemen INTP menyampaikan bahwa setelah pembayaran dividen (tahun 2019) sebesar Rp1,84 triliun atau Rp500/saham yang diputuskan pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan bulan Juli 2020 dan dividen interim (tahun 2020) sebesar Rp828 miliar atau Rp225/saham yang diputuskan pada November 2020, Perseroan membukukan posisi kas bersih dengan kas dan setara kas menjadi Rp7,7 triliun. 


Kuatnya arus kas yang dihasilkan dari kinerja operasi dan upaya manajemen yang berkelanjutan untuk meningkatkan modal kerja adalah kunci untuk menjaga neraca keuangan kami yang Tangguh.


Menurutnya, dengan posisi neraca yang kuat-tanpa hutang pada bank, Indocement siap menghadapi tantangan situasi ekonomi pada masa pandemi yang masih berjalan termasuk kondisi kelebihan pasokan kapasitas industri semen dan siap berpartisipasi apabila ada opsi konsolidasi industri semen di masa mendatang.