EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,04 persen menjadi 7.617. Saham sektor basic materials membukukan kenaikan terbesar, sebaliknya saham sektor keuangan mengalami koreksi tidak kecil. 

Pasar masih menanti pertemuan dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, pertemuan The Fed, sejumlah data indikator ekonomi, earning season kuartal II-2025, dan menanti deadline pemberlakukan tarif 1 Agustus 2025. 

Secara teknikal, setelah mengalami pullback dan menutup gap down sekitar level 7.568, indeks  kembali berbalik menguat. Namun, pada penutupan perdagangan, pola candlestick indeks membentuk pola doji dengan indikator overbought. Pola doji itu, masih memerlukan konfirmasi dari candlestick berikutnya untuk memastikan apakah akan terjadi reversal. 

Dengan demikian, perlu diwaspadai jika indeks menembus level support 6.500-6.550, dapat membuka peluang profit taking lanjutan. Sebaliknya, kalau bertahan di atas level 7.600-7.620, peluang penguatan lanjutan masih terbuka. S&P mempertahankan peringkat utang jangka panjang Indonesia di level BBB dengan prospek stabil. 

S&P memperkirakan Indonesia akan tetap menjaga defisit fiskal di bawah 3 persen terhadap PDB selama tiga tahun ke depan. Peringkat itu, diperkirakan menjadi faktor positif bagi pasar obligasi, dan nilai tukar rupiah. Investor akan mencermati sejumlah data ekonomi sebagai berikut.

Antara lain data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 dari Jerman, dan Euro Area. AS juga akan merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025, ADP Employment change, dan indeks PCE prices. Menilik data itu, Phintraco Sekuritas menjagokan sejumlah saham berikut.

Yaitu, Japfa Comfeed (JPFA), Buma International (DOID), Bumi Resources Minerals (BRMS), Perusahaan Gas Negara (PGAS), dan Semen Indonesia alias SIG (SMGR). (*)