EmitenNews.com - Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Santri (LPES) menilai transformasi di tubuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saat ini berada di jalur yang tepat. Kebijakan dan terobosan yang dilakukan Menteri BUMN Erick Thohir terbukti membawa dampak positif bagi kemajuan BUMN.


"Kinerja Kementerian BUMN di bawah kepemimpinan Erick Thohir terbukti membawa perubahan besar yang belum pernah dilakukan para menteri sebelumnya. Salah satunya dengan melakukan penggabungan BUMN agar berjalan efektif dan efisien," kata Sekjen LPES Ubaidillah Amin, Jumat (17/6).


Ubaidillah mengapresiasi langkah Erick yang terus menjalankan transformasi di tubuh BUMN dengan tujuan agar perusahaan-perusahaan pelat merah itu makin profesional, transparan, dan akuntabel.


Salah satu contohnya adalah merger atau penggabungan beberapa BUMN besar yang memang menjadi mimpi sejak sebelum pemerintahan Presiden Jokowi. Selain itu hanya Erick Thohir yang secara tegas membubarkan perusahaan BUMN yang dianggap sudah tidak sehat dan tidak segan menyetop Penyertaan Modal Negara (PMN) bagi BUMN yang tidak produktif.


“Pelaksanaan restrukturisasi BUMN yang tidak sehat berani dilakukan hanya di era menteri BUMN Erick Thohir, yang mana dahulu-dahulunya hanya dibiarkan dan disuntik PMN," paparnya.


Ubaidillah juga mengapresiasi langkah Menteri BUMN yang memastikan PMN ke BUMN harus efektif dan tepat sasaran. Dengan begitu pemerintah tidak akan menyuntik PMN secara asal-asalan dan mempertimbangkan dampak operasional BUMN terhadap masyarakat.


Pengasuh Pondok Pesantren Kaliwining, Jember, ini menyebut kebijakan yang dilakukan Erick Thohir selama ini sudah sesuai dengan tagline BUMN yang digaungkan, yaitu AKHLAK. “Keberanian beliau merubah pola kerja kementerian BUMN sejalan dengan visi misi Presiden Jokowi; Revolusi Mental,” pungkasnya.


Sebagaimana diketahui Erick Thohir melakukan marger sejumlah BUMN sehingga kini makin ramping. Hal ini imbas dari restrukturisasi yang dilakukan Kementerian BUMN dengan memangkas sejumlah perusahaan milik negara. Berkat aksi tersebut, jumlah BUMN berkurang, dari 118 perusahaan pada 2016, menjadi 115 pada 2017, 114 (2018), 113 (2019), 107 (2020), 87 (2021), dan menjadi 41 perusahaan pada Maret 2022.


Erick mengungkapkan, aksi restrukturisasi tak berhenti sampai di sini.


“Kami akan terus mendorong konsolidasi BUMN dari 41 perusahaan ke 30. Ini perlu waktu, oleh karena itu, di masa kepemimpinan saya akan fokus dari 41 menjadi 37 BUMN,” ujarnya. Erick melakukan restrukturisasi pada BUMN yang strategis serta mendatangkan pertumbuhan laba dan memberikan deviden bagi negara.


Tidak hanya dari jumlah BUMN, jumlah cluster juga dipangkas dari 27 cluster menjadi hanya 12 cluster dengan cara menggabungkan (merger) BUMN-BUMN sejenis.


Hasilnya, laba bersih BUMN melonjak hampir tujuh kali lipat tahun lalu. Berdasarkan data Kementerian BUMN, laba bersih Rp13 triliun pada 2020 naik drastis menjadi Rp90 triliun pada 2021.


Melihat kontribusinya, sejumlah sektor berkontribusi dan mencatatkan capain signifikan. Dari sektor jasa keuangan misalnya menorehkan kenaikan laba sekitar 72 persen, sekaligus menjadi sektor penyumbang keuntungan terbesar, yaitu sebesar Rp 75 triliun dari sebelumnya Rp44 triliun. BRI, Bank Mandiri, BNI, dan Bank Syariah Indonesia masing-masing mencatatkan profit Rp32,2 triliun, Rp28 triliun, Rp10,9 triliun, dan Rp3 triliun.


Sektor telkomunikasi juga mencatat kenaikan laba bersih dari Rp30 triliun menjadi sebesar Rp34 triliun. Sementara sektor tambang mencatatkan pertumbuhan laba paling tinggi, yakni dari Rp2 triliun pada 2020 menjadi sekitar Rp14 triliun atau naik sekitar 7 kali lipat.(fj)