EmitenNews.com – Saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) terus menunjukkan tren penguatan setelah rally berturut-turut dalam tiga pekan terakhir. Sepanjang pekan lalu (15-19 Januari 2024), saham BBTN ditutup di level 1.355, menguat 0,37% dari posisinya pada pekan sebelumnya.
Kinerja saham BBTN outperformed terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun tipis sebesar -0,2% dan indeks LQ45 yang melemah -0,53% pekan ini. Saham BBTN juga outperformed terhadap peers emiten sektor keuangan (IDX Finance) yang turun -1,07%.
Secara harian, pada penutupan Jumat lalu (19/1), saham BBTN menguat 1,5% ke level 1.355 setelah terkoreksi pada awal pekan. Kendati terdapat penurunan dari sisi volume, nilai transaksi, dan frekuensi selama sepekan terakhir, selera investor asing terhadap saham BBTN terlihat memiliki andil dalam penguatan belakangan ini.
Pada perdagangan Jumat (19/1), investor asing mencatat Net Buy Rp 17,9 miliar. Sedangkan dalam sepekan, total Net Buy investor asing atas saham BBTN mencapai Rp 45,3 miliar.
Pergerakan saham BBTN pada pekan lalu diwarnai oleh sejumlah sentimen utama, di antaranya perkembangan akuisisi Bank Muamalat, dominasi kredit Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara), dan hampir berakhirnya restrukturisasi kredit Covid-19. Selain itu, investor juga bertaruh terhadap potensi rasio dividen serta upaya BTN menekan biaya dana.
Di antara sejumlah sentimen tersebut, isu aksi korporasi masih menjadi sorotan paling utama, terlebih karena adanya tarik-menarik yang cukup kuat di antara beberapa pihak, dalam hal ini Bank BTN, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) selaku pemegang saham utama Bank Muamalat.
“Dalam waktu dekat, BTN akan melakukan due diligence terhadap Muamalat. Jika proses uji tuntas ini berjalan lancar dan kedua pihak sepakat mengenai valuasi (harga), target akusisi bakal tuntas pada kuartal I 2024, mungkin bisa tercapai,” kata salah seorang eksekutif perusahaan sekuritas yang mengetahui transaksi ini.
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, pada awal pekan lalu mengatakan akuisisi Bank Mumalat oleh BTN Syariah masih dalam proses negosiasi atau tawar-menawar. Menurut Arya, BTN masih membuka peluang adanya bank syariah lainnya yang memungkinkan untuk diakusisi.
Sebelumnya, manajemen BTN kembali menegaskan bahwa rencana pemisahan unit usaha syariah (UUS) akan selesai pada tahun ini. Direktur Utama BTN Nixon Napitupulu mengungkapkan spin-off UUS akan dilakukan setelah menuntaskan akuisisi terhadap bank syariah. Setidaknya, enam bulan pasca akuisisi.
Sementara itu, Direktur Keuangan Bank BTN Nofry Rony Poetra mengungkapkan optimisme perseroan untuk mempertahankan rasio pembagian dividen sebesar 20% dari laba bersih kepada investor.
Pada kuartal III-2023, BTN membukukan laba bersih sebesar Rp 2,31 triliun, naik 1,3 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,28 triliun. Sebelumnya, Nixon mengatakan bahwa BTN memiliki ekspektasi pertumbuhan laba pada 2023 sebesar 8%.
Dari sisi makro, Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuannya di level 6 persen pada Rapat Dewan Gubernur bulan Januari 2024 yang diadakan pekan lalu. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa bank sentral masih mengamati kondisi dalam negeri dan global terkait kemungkinan pemangkasan bunga.
Related News
RUPSLB Mitra Tirta Buwana (SOUL) Pertahankan Dirut Ardianto Wibowo
Timah (TINS) Paparkan Kinerja Kuartal III 2024, Ini Detailnya
RMK Energy (RMKE) Tingkatkan Volume Jasa dan Penjualan Batu Bara
Golden Eagle (SMMT) Targetkan Penjualan Rp561,3M Tahun Ini
BEI Buka Gembok Saham KLIN Setelah Tiga Pekan Kena Suspensi
Entitas Lautan Luas (LTLS) Raih Fasilitasi Pembiayaan Rp40M