EmitenNews.com - Gerak market sepekan terakhir, 22-26 November 2021 sangat dinamis. Serentetan aksi profit taking mewarnai jual beli saham. Efeknya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami fluktuasi tidak ringan.


Sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah, Indeks tumbang 2,36 persen. Dipaksa menyusuri gorong-gorong zona merah di kisaran 6.561. Lepas dari level psikologis 6.720 pada pekan sebelumnya. Apa fluktuasi market karena pengaruh Black Friday? Tidak mudah menjawabnya apalagi untuk sekadar menerka.  


Alhasil, berdasar data Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai kapitalisasi pasar juga mengalami koreksi 1,48 persen menjadi Rp8.123,099 triliun dari penutupan pekan sebelumnya di kisaran Rp8.245,536 triliun.  


Penurunan juga menerpa rata-rata volume transaksi harian bursa. Di mana, sepanjang pekan lalu, rata-rata volume transaksi harian anjlok 6,99 persen menjadi 24,227 miliar saham dari pekan sebelumnya dengan rata-rata volume transaksi 26,047 miliar saham.


Nah, dari seluruh indikator perdagangan itu, praktis hanya frekuensi transaksi meningkat. Itu juga tidak signifikan. Ibarat nyala lilin kecil di tengah badai gelap menyelimuti seluruh area pasar. Rata-rata frekuensi transaksi bursa sepekan naik 0,06 persen menjadi 1.368.518 transaksi dari pekan sebelumnya 1.367.702 transaksi.


Sementara itu, aktivitas investor mancanegara juga tidak betah berselancar di pasar modal domestik. Pada perdagangan Jumat (26/11), pemodal bule tersebut melakukan nilai jual bersih Rp145,74 miliar. Meski begitu, sepanjang tahun ini investor asing masih mencatat beli bersih Rp38,69 triliun. (*)