Masih Relevankah Slogan “Saham is The Best Choice”?
Stevan Manihuruk penulis opini
EmitenNews.com -Lo Kheng Hong, salah satu sosok idola sekaligus panutan banyak investor saham di tanah air, dalam berbagai kesempatan selalu mengatakan “saham is the best choice”.
Dari sekian banyaknya pilihan instrumen investasi yang ada, Pak Lo mengatakan bahwa saham yang terbaik. Dengan berbagai pertimbangan, Pak Lo mengaku tak tertarik untuk berinvestasi properti, emas, mata uang asing, atau bahkan crypto.
Sungguh tiada yang salah dengan pernyataan tersebut, apalagi jika melihat pencapaian yang sudah diraihnya. Pak Lo diperkirakan sudah memiliki harta kekayaan triliunan rupiah dan itu diperolehnya dari hasil berinvestasi saham.
Pak Lo berkisah, awalnya ia hanya merupakan seorang pegawai tata usaha di salah satu bank swasta kecil di tanah air. Sambil bekerja, ia kuliah di kampus yang tidak terkenal sama sekali, hingga berhasil meraih gelar Sarjana Sastra.
Pencapaiannya di dunia saham memang sungguh mengagumkan. Harta kekayaannya bisa tumbuh berkali-kali lipat. Dari berbagai sumber bisa kita ketahui, Pak Lo pernah meraup keuntungan 900% dari saham TINS, 4.000% dari saham INDY, 5.900% dari saham UNTR, hingga salah satu paling fenomenal untung 12.500% dari saham MBAI.
Pencapaian diatas masih belum memperhitungkan keuntungan dari saham-saham lain yang rata-rata juga berhasil mencatatkan keuntungan multibagger (diatas 100%). Tahun lalu, salah satu saham yang dimilikinya yakni PNLF juga telah memberikan keuntungan ratusan persen.
Kekayaan Pak Lo kian bertambah bukan hanya dari hasil keuntungan menjual saham (capital gain), melainkan juga dari dividen saham. Dengan porsi kepemilikan saham yang sangat besar, Pak Lo bisa memperoleh dana segar hingga puluhan miliar setiap tahunnya.
Bagaimana dengan kita?
Dengan segala pencapaian yang sudah diraih, sekali lagi sangat wajar bila Pak Lo dengan mudah bahkan sangat mantap mengatakan “saham is the best choice”. Tapi, bagaimana dengan kita? Apakah (masih) sepakat dengan slogan tersebut atau malah sebaliknya?.
Pada kondisi yang sangat khusus, misalnya di awal-awal pemulihan pasca pandemi Covid-19, barangkali sangat banyak investor (termasuk pemula) yang merasakan pengalaman betapa mudahnya mencari uang di pasar saham.
Sepertinya, saham apapun yang dibeli hampir pasti menghasilkan cuan. Sampai-sampai berkembang tren saling pamer pencapaian portofolio saham di media sosial. Yang pemula sekalipun, bisa cuan dalam waktu singkat. Muncul istilah investor “angkatan Corona”.
Fase “bulan madu” pasar saham yang terjadi beberapa bulan, telah berganti dengan fase paling membosankan yang kelihatannya jauh lebih panjang. Hingga akhir tahun lalu bahkan memasuki tahun 2025 ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) seolah tak bergerak kemana-mana.
Awal Januari ini, IHSG sepertinya sekadar bertahan sekuat tenaga agar tak turun dari angka 7.000. Padahal tahun lalu, IHSG sempat diprediksi akan menyentuh angka 8.000.
Bahkan bila ditelisik lebih dalam, saham-saham yang menjadi penopang IHSG selama periode tahun lalu, ternyata bukanlah saham-saham perusahaan yang selama ini diamini sebagai perusahaan “the best” yang memiliki fundamental paling baik.
Sama-sama kita saksikan, saham-saham perusahaan sekelas BBRI, TLKM, ASII, UNVR, GGRM, INKP dan lain-lain justru terus mengalami penurunan yang semakin dalam.
Perusahaan sebesar Bank BRI (BBRI) yang punya sejarah sangat panjang di bursa saham kita, harganya terus merosot ke angka 4.030 (data per 9 Januari). Padahal, periode sebelumnya, harga sahamnya sempat menyentuh angka 6.400 per lembar.
Tentu sudah banyak penjelasan yang bisa dikemukakan terkait penurunan tersebut, diantaranya faktor geopolitik dan ekonomi global yang belum stabil hingga kondisi ekonomi serta daya beli masyarakat yang semakin lesu.
Related News
Perspektif Islam: Menyelaraskan Investasi Saham dengan Nilai Syariah
Inilah Sektor-Sektor yang Terdampak Program Pembangunan 3 Juta Rumah
Pajak Opsen Kendaraan Bermotor: Benarkah Menambah Beban Baru?
Unusual Market Activity, Bagaimana Investor Perlu Menghadapinya?
Banyak Faktor! Mari Terawang Prospek IHSG Tahun 2025
Pengenalan Saham di SD, Mencetak Investor Cerdik atau Penjudi Cilik?