EmitenNews.com - Kawasan Asia Tenggara menjadi salah satu hotspot baru bagi perekonomian digital dunia. Itu dapat terlihat dari perkembangan penetrasi digital, dan jumlah populasi sangat besar. Hasil penelitian Bain & Company dan Facebook menunjukkan, 8 dari 10 konsumen Asia Tenggara beralih ke ranah digital. 


Jumlah konsumen digital baru dalam tempo setahun di Filipina, Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Vietnam, setara dengan seluruh populasi Inggris. Tidak terkecuali Indonesia, digitalisasi kunci untuk membuka kesempatan-kesempatan baru bagi pelaku bisnis, menyusul ledakan penggunaan kanal-kanal digital selama pandemi.


Poin itu, ditekankan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam acara Indonesia-Singapore Business Forum 2022 pada Selasa, 14 Juni 2022 di Singapura. Tidak disangkal, digitalisasi berkembang amat cepat di Indonesia. ”Pemanfaatan digitalisasi penting untuk pengembangan ekonomi Indonesia berkelanjutan di masa depan,” tegas Perry.


Digitalisasi terutama sektor pembayaran, salah satu dari enam agenda prioritas jalur keuangan pada Presidensi Indonesia G20 2022 pada Juli mendatang. ”Kami ingin membawa digitalisasi Indonesia ke ASEAN, lalu ranah global, pada G20 Indonesia,” ucap Perry.


Indonesia dan negara-negara ASEAN tengah bersiap mengembangkan inisiatif sistem pembayaran lintas batas negara. Dalam kondisi itu, UMKM berperan penting. Itu mengingat 60 persen PDB tanah air datang dari sektor UMKM. Saat ini, ada 18 juta UMKM telah terdigitalisasi di Indonesia. ”Angka itu masih kecil karena kami memiliki 65 juta UMKM perlu dihubungkan (secara digital),” bebernya.


Soal digitalisasi, Indonesia memiliki pasar ritel sangat besar. Perlu dirangkul untuk pemulihan ekonomi pasca-pandemi. Itu diamini CEO dan co-founder Blibli, Kusumo Martanto. Kusumo mengaku dukungan digitalisasi terbukti menjadi kunci bagi UMKM untuk bisa bertahan khususnya di masa-masa disrupsi, seperti pandemi. ”Selama pandemi, UMKM beralih ke kanal online bisa lebih bertahan. Berdasar penelitian Blibli bersama Boston Consulting Group, dan Kompas pada 2021, UMKM online bisa memiliki pendapatan 1,1 kali lebih tinggi dari UMKM beroperasi offline. Sementara UMKM online juga 2,1 kali lebih mungkin untuk menjual berbagai produk dalam skala nasional, dan 4,6 kali lebih mungkin untuk mengekspor produk ke luar negeri,” beber Kusumo. 


Pasca-pandemi, beralih ke online saja tidak cukup untuk peritel. Berdasar studi McKinsey & Company pengintegrasian toko online, dan offline atau omnichannel juga makin diminati. Omnichannel, masa depan ritel pasca-pandemi. Oleh karena itu, Blibli terus memperkuat ekosistem omnichannel. Di antaranya melalui Blibli InStore, Click and Collect, dan Blibli Mitra, menghubungkan operasi bisnis online, dan offline dalam ekosistem terintegrasi bagi mitra ritel Blibli. ”Belanja omnichannel telah menjadi norma baru. Kita harus bisa siap untuk memberikan layanan omnichannel cepat dan tanpa cela,” tegas Kusumo.


Selain penetrasi sangat masif, digitalisasi Indonesia bukan tanpa tantangan. ”Pelatihan sumber daya manusia (SDM) masih diperlukan untuk merealisasikan potensi digitalisasi,” seloroh CEO Tiket.com, George Hendrata.


Fock Wai Hoong, Kepala Deputi Teknologi dan Konsumen untuk Temasek mengatakan berdasar survei Temasek bersama Google, talenta SDM tetap menjadi hambatan besar untuk perkembangan teknologi. ”Itu tantangan kita semua, bagaimana berfokus reskilling, dan upskilling populasi pekerja sementara kita bersiap berpartisipasi di internet economy,” ucapnya. (*)