EmitenNews.com -Investor masih menimbang prospek suku bunga yang akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, dengan lonjakan imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) telah mendongkrak nilai tukar mata uang USD ke level tertinggi dalam 10 bulan sehingga memberi tekanan ke bawah pada GBP, EUR, serta mata uang negara-negara di Asia.

 

Data yang memperlihatkan ketahanan ekonomi AS, retorika keras (hawkish) dari para pejabat bank sentral AS (Federal Reserve), dan defisit fiskal yang membutuhkan jumlah utang lebih besar lagi telah mendorong yield US Treasury Note bertenor 10 tahun melonjak lebih dari 40 bps bulan ini. 

 

Ditambah lagi dengan ancaman penghentian (shutdown) aktivitas dan layanan yang disediakan oleh Pemerintah AS mulai akhir pekan ini.

 

Senat (DPD) AS pada hari Selasa telah mengambil langkah maju dengan menghasilkan RUU bersifat bipartisan yang memungkinkan Pemerintah AS beroperasi hingga pertengahan November. 

 

Namun, RUU ini masih harus mendapat persetujuan dari House of Representatives (DPR) AS yang justru sibuk mendiskusikan usulan RUU, yang hanya didukung oleh politisi dari Partai Republik saja. 

 

Kongres (MPR) AS telah melakukan shutdown sebanyak 14 kali sejak tahun 1981, meskipun sebagian besar shutdown hanya berumur satu atau dua hari saja.

 

Dari sisi makroekonomi, investor mencerna data profitabilitas perusahaan di sektor Industri Tiongkok yang turun 11.7% dalam 8M23, sedikit membaik dari penurunan 15.5% selama 7M23, di tengah lesunya permintaan dari dalam dan luar negeri serta tekanan pada marjin yang belum mereda.

 

Indikator inflasi (CPI) bulanan Australia mencatatkan akselerasi, merefleksikan tren global di tengah tingginya harga minyak mentah, sehingga memperkuat alasan bagi bank sentral Australia (RBA) untuk menaikkan suku bunga acuan paling tidak satu kali lagi. 

 

Indikator CPI naik 5.2% di bulan Agustus, lebih cepat dari kenaikan 4.9% di bulan Juli yang merupakan level terendah dalam 17 bulan. Ini adalah akselerasi laju inflasi yang pertama sejak bulan April, dipicu oleh kenaikan biaya transportasi dan harga BBM yang berada di level tertinggi sejak November 2022.